POLA KEPEMIMPINAN
VISIONER
DALAM IMPLEMENTASI MBS
Dosen Pengampu:
1. Dr. Sudharto, MA
2. Dr. Muhdi, M.Hum
3. Dr. M. Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.Pd
4. Dr. Noor Miyono, M.Pd
Disusun oleh:
Sholeh Prihatin :
14510138
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, shalawat salam kita haturkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW
atas berkat dan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyusun makalah ini
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Serta
terimakasih pula kepada rekan-rekan yang telah membantu secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah bejudul “Pola
Kepemimpinan Visioner Dalam Implementasi MBS” ini, kami susun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pendidikan.
Kami sadar bahwa “Tiada
Gading yang Tak Retak”, begitu pula dengan tugas makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat mendekati sempurna.
............................. , Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR
ISI
............................................................................................... ii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan
Masalah .................................................................. 3
C.
Tujuan dan
Manfaat Penulisan ................................................. 3
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Pola
Kepemimpinan Visioner Dalam Implementasi MBS........ 4
B. Kepemimpinan
Visioner Ki Hajar Dewantara .........................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................. 12
B. Saran
........................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keberhasilan masa kini dan pada masa yang akan
datang sekolah tidak bisa dilepaskan dari pemimpin. Dalam konteks perjalanan
dan eksistensi sekolah, pemimpin bisa diibaratkan sebagai pemegang kemudi yang
menentukan arah dan tujuan organisasi sekaligus eksistensinya pada masa yang
akan datang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat
berkumpulnya individu-individu yang secara bersama-sama bekerja untuk mencapai
visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Tugas mengarahkan sekolah,
yang di dalamnya berisi manusia dengan berbagai latar belakang, karakter dan kemampuan
bukan hal mudah yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin.
Untuk mendekati, mengarahkan dan membawa sekolah menuju
visinya diperlukan pemimpin yang bisa melakukan berbagai pendekatan dengan dan
melalui gaya kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan kondisi sekolah yang
dipimpinnya. Kemampuan pemimpin untuk mengatur sekolah dengan gaya kepemimpinan
tertentu akan mengarahkan untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pola kepemimpinan visioner dalam implementasi MBS?
2. Bagaimana
pola kepemimpinan visioner Ki Hajar Dewantara?
C.
Tujuan
dan Manfaat
1. Mengetahui
pola kepemimpinan visioner dalam implementasi MBS.
2. Mengetahui
pola kepemimpinan visioner Ki Hajar Dewantara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pola Kepemimpinan Visioner Dalam Implementasi MBS.
Pola
kepemimpinan dalam sekolah serta tipe kepemimpinan adalah hal yang tidak bisa
dipisahkan. Tipe kepemimpinan adalah gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin
untuk tidak hanya mengendalikan sekolah tetapi juga menginspirasi dan
menciptkan kultur sekolah yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sekaligus menjaga keberlangsungan sekolah pada masa yang akan
datang.
Oleh karena itu,
pada bagian ini akan dibahasa mengenai (teori) kepemimpinan visioner serta
aplikasi dari pola kepemimpinan tersebut.
Kepemimpinan
visioner sangat diperlukan untuk memajukan sebuah sekolah. dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam konteks school based management (MBS) kepemimpinan
tipe ini sangatlah diperlukan. Bukan hanya diperlukan, kepemimpinan visioner
sangat relevan dan didambakan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Tujuan utama
manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah meningkatkan efisiensi mutu dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi dicapai melalui keleluasaan
mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningakatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana
yang kondusif.
Menurut Kustini
Hardi, ada tiga tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS). Pertama, mengembangkan
kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah dalam aspek
manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk meningkatkan mutu sekolah. Kedua,
mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah
dalam pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan setempat. Ketiga, mengembangkan peran serta
masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum persekolahan dari sekolah untuk
membantu peningkatan mutu sekolah.
Kepemimpinan
visioner bisa dipahami sebagai pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi
arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para warga
sekolah dengan memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan
berdasarkan visi yang jelas (Kertanegara, 2003 dalam Suprayitno, 2007).
Selain
mengandung unsur kemampuan untuk memberi makna atau arti pada kerja dan usaha
bawahan dengan memberikan arahan, seorang pemimpin yang visioner haruslah
seorang yang bisa menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah sekolah
yang memahami prioritas, menjadi pelatih yang professional, serta dapat
membimbing bawahannya untuk bisa bekerja secara professional seperti yang
diharapakan.
Untuk bisa
menjadikan sekolah dan seluruh elemen yang ada di dalamnya bisa bekerja secara
maksimal sesuai dengan yang diharapakan, maka seorang pemimpin yang visioner
dituntut untuk mampu menjalankan empat peran. Nanus (1992, dalam Suprayitno,
2007:6) mengungkapkan keempat peran yang harus bisa dijalankan oleh seorang
pemimpin yang visioner adalah:
1) Peran
penentu arah (direction setter).
Peran ini adalah
peran dimana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau
target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dengan melibatkan
orang-orang yang ada dalam organisasi. Sebagai penentu arah, pemimpin harus
bisa menyampaikan visi, mengomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan,serta
meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang benar, dan mendukung
partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa
depan.
2) Agen
perubahan (agent of change).
Peran ini adalah
peran penting kedua. Pemimpin yang efektif harus mampu secara konstan
menyesuaikan organisasi untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan luar baik perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, teknologi dan
politik yang sifatnya dinamis. Selain itu, dengan mengacu kepada perubahan-perubahan
yang selalu terjadi, pemimpin harus mampu berpikir dalam kerangka waktu masa
depan mengenai perubahan potensial dan yang dapat diubah.
3) Juru
bicara (spoke person).
Pemimpin sebagai
juru bicara visi harus mengomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang
untuk melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi baik secara internal dan
eksternal. Efektivitas pemimpin pada tataran ini sangat ditentukan oleh
kecakapannya untuk mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi yang ada
kemudian mendayagunakannya untuk menjelaskan dan membangun dukungan bagi visi
masa depan organisasi.
4) Pelatih
(coach).
Pemimpin
visioner yang efektif harus bisa menjadi pelatih yang baik. Artinya, pemimpin
harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang telah dikemukakan
dan mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerjasama, mengoordinir
aktivitas atau usaha para “pemain”, untuk mencapai “kemenangan” atau mencapai
visi organisasi. sebagai pelatih, pemimpin harus bisa membuat dan menjaga supaya
semua “pemainnya” bisa fokus untuk merealisasikan visi dengan memberikan
pengarahan, memberikan harapan dan membangun kepercayaan di antara pemain yang
penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan.
Efektifitas
peran seorang pemimpin visioner bisa dijalankan secara maksimal apabila ia
memiliki kompetensi. Mengenai kompetensi, Nanus (1992 dalam Suprayitno, 2007:5)
menyatakan empat kompetensi yang harus dimiliki pemimpin visioner. Yang pertama
adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan
lainnya dalam organisasi.
Kemampuan
memahami lingkungan luar dan bereaksi secara cepat terhadap potensi ancaman dan
peluang adalah kompetensi kedua yang wajib dimiliki oleh pemimpin yang
visioner. Dalam kemampuan bereaksi ini tercakup komponen bisa melakukan relasi
secara cakap dengan orang-orang kunci di luar organisasi yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap organisasi.
Kompetensi
ketiga adalah kemampuan pemimpin untuk membentuk dan mempengaruhi praktik
organisasi, prosedur, produk, dan jasa. Dalam konteks ini pemimpin harus
terlibat untuk menghasilkan dan memertahankan kesempurnaan pelayanan, sembari
memersiapkan dan memandu jalannya organisasi untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan.
Kompetensi yang
terakhir adalah kemampuan untuk mengembangkan ceruk guna mengantisipasi masa
depan. Yang dimaksud dengan ceruk adalah sebuah bentuk imajinatif, yang
didasarkan pada kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen,
teknologi dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumberdaya
organisasi guna memersiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan
perubahan.
Berbeda dari
Nanus (1992) yang hanya menyajikan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin visioner, Brown (dalam Ardi, 2011) mengemukakan sepuluh
kompetensi berikut ini:
1)
Visualizing.
Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai
dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
2)
Futuristic
Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada
saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang
akan datang.
3)
Showing
Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa
depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin
dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor
lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
4)
Proactive
Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk
mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau
mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk
menanggulangi rintangan itu
5)
Creative
Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari
alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan
masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
6)
Taking Risks.
Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai
peluang bukan kemunduran.
7)
Process alignment.
Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya
dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan
pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
8)
Coalition
building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara
dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke
luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai
macam individu, departemen dan golongan tertentu.
9)
Continuous Learning.
Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan
dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar
organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau
positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar
peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat
memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan
imajinasi.
10) Embracing
Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang
penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang
tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif
menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Dari
kompetensi-kompetensi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada
rekayasa masa depan yang penuh tantangan dan ditandai oleh kemampuan dalam
membuat perencanaan yang jelas sehingga dari rumusan visinya akan tergambar
sasaran yang hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya. Dalam
konteks kepemimpinan pendidikan, penentuan sasaran dari rumusan visi tersebut
dikenal dengan sasaran bidang hasil pokok. Di samping itu, kemampuan visioner
pemimpin dimaknai sebagai kemampuan untuk mencipta, merumuskan,
mengomunikasikan, mensosialisasikan / mentransformasikan dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau
sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan pemangku
kepentingan (stakeholders) yang diyakini sebagai cita-cita organisasi
pada masa yang akan datang yang harus diraih atau diwujudkan melalui semua
personel (Kuntho, 2011).
B. Konsep Kepemimpinan
Visioner Ala Ki Hajar Dewantara
Konsep
kepemimpinan visioner ala Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia,
menarik sangat menarik. Melalui konsepnya Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo
mangun karso, Tut wuri handayani (yang di depan memberi teladan, yang di
tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, dan yang di belakang memberi
dorongan) mampu memerbarui konsep kepemimpinan visioner dan menghapus
konsep-konsep yang salah terkait kepemimpinan.
Konsep-konsep
keliru yang diperbarui oleh Ki Hajar Dewantara melalui semboyan ing ngarso
sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani adalah pemahaman
bahwa pemimpin harus sepenuhnya demokratis terhadap keinginan rakyatnya;
pemimpinn harus selalu memiliki jabatan pemimpin; dan konsep bahwa pemimpin
harus dikenal sebagai pemimpin (Sianipar, 2010).
Melalui semboyan
ing ngarso sung tuladha, Ki Hajar mengajarkan bahwa seorang pemimpin
harus menjadi contoh dan panutan bagi para pengikutnya. Namu kenyataannya,
dalam berbagai kasus, justru hal ini tidak tercapai. Pemimpin banyak tidak bisa
menjadi panutan bagi pengikutnya. Dalam konteks kepemimpinan visioner, pemimpin
harus mampu melakukan prinsip greater good dengan berani berkorban
(untuk sementara) guna mencapai hasil yang lebih baik. Pemimpin tidak hanya
berani menuntut pengikutnya untuk berkorban tetapi dia sendiri harus
melakukannya.
Ing
madya mangun karso yang artinya yang di tengah menciptakan
peluang untuk berprakarsa. Dalam konteks kepemimpinan visioner, semboyan ini
dioperasionalkan dalam wujud konsep bahwa pemimpin tidak selamanya harus
memiliki suatu jabatan kepemimpinan. Perspektif semboyan ini adalah ketika
sesorang tidak memiliki jabatan atau validitas sebagai pemimpin, ia memiliki
keleluasaan untuk memimpin. Namun demikian, operasionalisasi konsep ini bukan
tanpa kendala. Pertanyaan yang bisa muncul adalah, apakah seseorang yang tidak
memiliki validitas sebagai pemimpin bisa dianggap pemimpin dan dijadikan
panutan bagi orang banyak?
Slogan yang
terakhir adalah tut wuri handayani. Yang di belakang memberikan dorongan.
Ini adalah esensi penting dari seorang pemimpin visioner. Pemimpin visioner
harus mengerti bahwa ada kalanya tidak memimpin sama sekali justru merupakan
tindakan memimpin. Dalam konteks semacam ini, yang perlu dipersiapkan adalah
pengikut, bukan pemimpin. Apakah pengikut bisa menerima dorongan yang diberikan
oleh seorang pemimpin yang tidak memimpin? Dalam kasus semacam inilah
kedewasaan dan kematangan individu dan organisasi bisa diketahui. Apakah
dorongan dilakukan karena faktor otoritas dan kekuasaan yang dimiliki oleh
pemimpin. Atau, apakah pengikut bisa dan mau menerima dorongan ketika seorang
pemimpin tidak sedang menjalankan tampuk kepemimpinannya?
Tut
wuri handayani sejatinya jauh lebih dalam dari sekedar
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjadi ketua atau pemimpin
(Sianipar, 2010). Tafsiran mendalam tut wuri handayani dalam makna kepemimpinan
adalah bahwa untuk menjadi pemimpin, kita tidak perlu pengakuan orang lain
bahwa kita adalah pemimpin.
Semboyan Ki
Hajar Dewantara kalau dilebur dalam konsep kepemimpinan akan menghasilkan
konsep kepemimpinan visioner yang ideal karena di dalamnya tercakup pemimpin
yang berani dan rela berkorban karena memiliki visi yang baik untuk orang yang
dipimpinnya dan tidak gila jabatan.
Harus diakui
bahwa, tidak mudah untuk mewujudkan dan mengoperasionalisaskan konsep
kepemimpinan visioner ala Ki Hajar Dewantara yang akarnya tertanam kuat dan
dalam dalam budaya bangsa Indonesia. Diperlukan lebih dari sekedar pengetahuan
untuk bisa mengaplikasikan konsep ini. Namun demikian, konsep ini tidak
mustahil untuk dilakukan manakala kita memiliki tekad dan pandangan jauh ke
depan sebagai seorang pemimpin visioner dalam arti yang sesungguhnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan visioner sangat diperlukan untuk
memajukan sebuah sekolah. dalam dunia pendidikan, khususnya dalam konteks
school based management (MBS) kepemimpinan tipe ini sangatlah diperlukan. Bukan
hanya diperlukan, kepemimpinan visioner sangat relevan dan didambakan untuk
meningkatkan kualitas sekolah.
Kepemimpinan visioner bisa dipahami sebagai pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu
dilakukan bersama-sama oleh para warga sekolah dengan memberi arahan dan makna
pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kertanegara,
2003 dalam Suprayitno, 2007).
Konsep-konsep keliru yang diperbarui oleh Ki Hajar
Dewantara melalui semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani adalah pemahaman bahwa pemimpin harus sepenuhnya
demokratis terhadap keinginan rakyatnya; pemimpinn harus selalu memiliki
jabatan pemimpin; dan konsep bahwa pemimpin harus dikenal sebagai pemimpin
(Sianipar, 2010).
B. Saran
Pola kepemimpinan visioner dalam implementasi MBS
tidak hanya mengandung unsur kemampuan untuk memberi makna atau arti pada kerja
dan usaha bawahan dengan memberikan arahan, seorang pemimpin yang visioner
haruslah seorang yang bisa menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi
penentu arah sekolah yang memahami prioritas, menjadi pelatih yang
professional, serta dapat membimbing bawahannya untuk bisa bekerja secara
professional seperti yang diharapakan.
DAFTAR PUSAKA
Gibson (dkk). Agus Dharma
(Ed). 1992. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Mitchell, Terrence dan
Green, Stephen. 2005. Attribution Theory: Managerial Perceptions of the Poor
Performing Subordinate. Dalam John B. Miner (Ed), Organizational Behaviour 1
(hlm. 184-206). New York: M.E. Sharpe.
Purnama, Nursya’bani.
2000. Kepemimpinan Organisasi Masa Depan: Konsep dan Strategi Keefektifan.
Jurnal Siasat Bisnis, 5 (1):115-129.
Robbins, Stephen P. 2007.
Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks.
Ardi, Havid. 2011.
Kepemimpinan Dalam Organisasi, (Online),
http://callhavid.wordpress.com/2011/04/30/kepemimpinan-dalam-organisasi/,
diakses 20 Maret 2012
Kuntho, Syerly Ade. 2011.
Kepemimpinan Visioner, (Online),
http://edukonten.blogspot.com/2011/08/kepemimpinan-visioner.html, diakses 19
Maret 2012.
Sianipar, Obey Wibinov.
2010. Kepemimpinan Visioner Ala Ki Hajar Dewantara, (Online),
http://kem.ami.or.id/2011/10/kepemimpinan-visioner/, diakses 22 Maret 2012
Suprayitno. 2007. Pemimpin
Visioner Dalam Perubahan Organisasional. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 7
(2): 115-123.
Sashkin, Marshall dan
Sashkin, Molly G. 2003. Leadership That Matters: The Critical Factors For
Making A Difference in People’s Lives And Organization’s Success. 2003. San
Francisco: Barrett-Koehler Publishers, Inc.
Yukl, Gary. 2001.
Kepemimpinan dalam Organisasi. Terjemahan Budi Supriyanto. 2010. Jakarta:
Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!