A.
Etos Kerja.
1. Pengertian
Etos kerja .
Etos
berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki
oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri
khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
a. suatu
aturan umum atau cara hidup
b. suatu
tatanan aturan perilaku.
c. Penyelidikan
tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam
pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita
yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah
membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara
manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari
keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau
karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu
keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang
mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan
hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.
Menurut
K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
2. Fungsi
dan Tujuan Etos Kerja
Secara
umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a. Pendorang
timbulnya perbuatan.
b. Penggairah
dalam aktivitas.
c. Penggerak,
seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan .
Kerja
merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta,
kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti
luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual
maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit,
kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian
etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan
cita-cita.
Nilai
kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan
hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan
sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia
dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai
terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati
dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari
kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
77.
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S.
Al-Qashash: 77)
Pandangan
Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya
sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada
niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan
Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya
rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia
belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya .
3. Etos
kerja Islami
Dalam
kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan
menghasilkan uang, dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala
kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi
dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya peningkatan, motivasi dan niat.
Setiap
pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja
secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang
diperoleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah,
termasuk didalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi
memililih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan
bagi semua pekerjaan.
Adapun
etos kerja yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja
keras dan memiliki cita-cita yang tinggi
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u “ulumuddin” yang dikutip Ali Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos (khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran.
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u “ulumuddin” yang dikutip Ali Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos (khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran.
Dengan
demikian etos kerja Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan
nilai-nilai islam sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir
karena jiwanya sudah meyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Menurut
Dr. Musa Asy’arie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd
yang membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah
bermuatan kreatif, produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual,
sedangkan nilai-nilai ‘abd bermatan moral, taat dan patuh pada hukum agama dan
masyarakat
Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah .
Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah .
Ciri-ciri
orang yang memiliki semangat kerja, atau etos yang tinggi, dapat dilihat dari
sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:
1. Orientasi
kemasa depan.
Artinya
semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan untuk menciptakan masa
depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih bahagia daripada keadaan sekarang,
lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu hendaklah manusia selalu menghitung
dirinya untuk mempersiapkan hari esok.
2. Kerja
keras dan teliti serta menghargai waktu.
Kerja
santai, tanpa rencana, malas, pemborosan tenaga, dan waktu adalah bertentangan
dengan nilai Islam, Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus di isi
dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk meningkatkan keimanan, beramal sholeh
(membangun) dan membina komunikasi sosial, firman Allah:
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
1. demi masa.
2. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Q.S. Al-Ashr: 1-3)
3. Bertanggung
jawab.
Semua
masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik
kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan
melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
÷bÎ)
óOçFY|¡ômr&
óOçFY|¡ômr&
ö/ä3Å¡àÿRL{
( ÷bÎ)ur
öNè?ù'yr&
$ygn=sù
4 #sÎ*sù
uä!%y`
ßôãur
ÍotÅzFy$#
(#qä«ÿ½Ý¡uÏ9
öNà6ydqã_ãr
(#qè=äzôuÏ9ur
yÉfó¡yJø9$#
$yJ2
çnqè=yzy
tA¨rr&
;o§tB
(#rçÉi9tFãÏ9ur
$tB
(#öqn=tã
#·Î6÷Ks?
ÇÐÈ
7. jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. .(Q.S.
Al-Isra’: 7)
4. Hemat
dan sederhana.
Seseorang
yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang pelari marathon lintas
alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara hidupnya yang sangat
efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya. Dia menjauhkan sikap
boros, karena boros adalah sikapnya setan.
5. Adanya
iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap
orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu harus di
capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
148. dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai
orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan
untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena
dia lebih baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk
bangkit. Dari pada ia bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu
sama dengan orang yang bertindak nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya:
“The best fortune that can come to a man, is that he corrects his defects and
makes up his failings” (Keberuntungan yang baik akan datang kepada seseorang
ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari kegagalannya .
B.
Pengetahuan
Agama
1. Pengertian
agama
Definisi
agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi sosiologi tidak
pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia “angkat tangan “
mengenai hakiki agama , baiknya atau buruknya agama atau agama-agama yang
tengah diamatinya. Dari pengamatan ini ia hanya sanggup memberikan definisi
yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang
dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.
2. Pengertian
Pengetahuan dan Pengamalan Keagamaan.
Pengetahuan
merupakan cipta karsa dan budaya, yang dapat dirasakan oleh semua orang yang
berusaha ingin mengetahui dan mempelajarinya. Pengetahuan juga dapat dikatakan
sebagai fenomena-fenomena yang mengungkapkan dan menjelaskan suatu hal
tertentu, baik mengenai objek maupun lapangannya yang merupakan suatu kesatuan yang
sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat bertanggung jawabkan dengan
menunjukka sebab-sebab hal itu.
Sedangkan
pengamalan keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata pengamalan dan keagamaan.
Pengamalan kata dasarnya adalah “amal” yang berarti perbuatan-perbuatan yang
baik. Kata amal mendapatkan awalan “peng” dan akhiran “an”, menjadi pengamalan
yang berarti hal, cara hasil atau proses kerja mengamalkan.
Adapun
kata keagamaan berarti yang berhubungan dengan nialai-nilai agama yang
diajarkan dalam syariat Islam. Jadi pengamalan keagamaan menurut bahasa adalah
proses kerja mengamalkan suatu perbuatan yang berhubungan dengan agama.
3. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dan Pengamalan Keagamaan.
Perlu
dikemukakan kembali dalam pembahasan ini, bahwa dalam membicarakan masalah
tentang keagamaan, karena pengetahuan dan pengamalan keagamaan merupakan
perwujudan dari sikap keagamaan seseorang. Dengan demikian, yang dimaksud
factor-faktor yang mempengaruhi dan pengamalan keagamaan disini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang. Sikap keagamaan
merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan
tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai
unsure kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsure afektif, dan perilaku
terhadap agama sebagai unsure konatif, jadi sikap keagamaan merupakan integrasi
secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan
keagamaan dalam diri seseorang .
C. Peningkatan
Kualitas Hidup
1. Pengertian
Kualitas Hidup
Kata
‘Kualitas’ itu berasal dari bahasa Inggris ‘Quality’ yang berarti kecakapan,
jenis dan mutu. Atau dalam bahasa Belanda ‘Kualiteit’ yang berarti jenis dan
dalam bahasa Arab dengan kata ‘Shifatun’ yang sepadan dengan pengertian di
atas. Dilihat dari arti katanya, maka kata kualitas erat hubungannya dengan
nilai. Kualitas (mutu) dan nilai itu adalah dua istilah yang nampaknya berbeda
tetapi maknanya berkaitan erat. Tinggi rendahnya mutu sesuatu ditentukan oleh
nilai sesuatu itu. Semua makhluk ciptaan Allah mempunyai nilai dan bermutu,
tidak ada yang sia-sia Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 191 berikut
ini:
tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.( QS. Al-Imran ayat 191)
Terdapat
beberapa asumsi yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan pengembangan
masyarakat ini akan dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakkan sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhannya (material dan spiritual) dapat terpenuhi. Oleh karenanya, tidak akan terwujud bila sekedar tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat. Melainkan suatu program pembenahan struktur social yang mengedepankan keadilan.
Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakkan sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhannya (material dan spiritual) dapat terpenuhi. Oleh karenanya, tidak akan terwujud bila sekedar tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat. Melainkan suatu program pembenahan struktur social yang mengedepankan keadilan.
Kedua,
pengembangan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian dari pihak
yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki sesuatu. Kerangka pemahaman
ini sangat menjerumuskan karena akan tumbuh mental-mental ‘peminta’. Padahal
dalam Islam, meminta adalah tingkatannya lebih rendah dari memberi.
Ketiga,
pengembangan masyarakat sesungguhna merupakan sebuah proses kolektif dimana
kehidupan keluarga, bertetangga dan bernegara bukan sekedar menyiapkan
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan social yang mereka lalui, melainkan
secara aktif mengarahkan perubahan tersebut kepada terpenuhinya kebutuhan
bersama .
Keempat,
pengembangan masyarakat tidak mungkin terlaksana tanpa keterlibatan secara
penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi bukan hanya diartikan sebagai
kehadiran mereka untuk mengikuti suatu kegiatan. Melainkan dipahami sebagai
kontribusi mereka dalam setiap tahapan dari pengembangan masyarakat terutama
perumusan kebutuhan yang mesti mereka penuhi, karena hanya masyarakat
sendirilah yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi.
Kelima,
tidak mungkin rasanya tuntutan akan keterlibatan masyarakat dalam sebuah
program pembangunan tatkala mereka sendiri tidak memiliki daya dan bekal yang
cukup. Oleh karenanya, perlu adanya suatu mekanisme dan system untuk
memberdayakannya .
Dengan demikian pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan social yang berarti bagai peningkatan kualitas kehidupan manusia.
Dengan demikian pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan social yang berarti bagai peningkatan kualitas kehidupan manusia.
2. Karakteristik
Kualitas Hidup
Kualitas
manusia suatu ciri yang melekat pada manusia dan menunjukkan baik tidaknya
keadaan manusia tersebut secara keseluruhan. Kualitas manusia dapat dibagai
dalam dua unsur utama yaitu kualitas fisik dan kualitas non fisik atau kualitas
spritual. Unsur-unsur kualitas fisik antara lain keadaan fisik yang ditunjukkan
oleh status gizi (misalnya tinggi dan bobot badan), serta status kesehatan dan
kesegaran jasmani. Sedangkan unsur-unsur kulaitas non-fisik adalah kualitas
akal, kualiltas mental-emosional, serta kualitas budi pekerti dan spiritual.
Tetapi berbeda dengan indikator kualitas fisik yang dapat diukur secara
kuantitatif, indikator non-fisik umumnya bersifat abstrak dan sulit diukur.
Secara
keseluruhan, unsur-unsur kualitas tersebut menentukan kualitas hubungan dan
interaksi manusia tersebut dengan lingkungannya, termasuk lingkungan alam
sekitar, lingkungan social dan lingkungan spiritual (hubungan manusia dengan
Tuhan) .
Menurut Prof. Dr. Notonagoro S.H, bahwa kualitas manusia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia setelah mentransformasikan nilai-nilai yang ada mutlak, yaitu kebenaran, kebaikan, keindahan dan Tuhan. Sifat-sifat itu tercapai bila manusia mampu memiliki tingkat kualitas kebenaran, kebaikan, keindahan dan nilai Tuhan pada dirinya tercermin dalam perbuatan sehari-hari.
Menurut Prof. Dr. Notonagoro S.H, bahwa kualitas manusia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia setelah mentransformasikan nilai-nilai yang ada mutlak, yaitu kebenaran, kebaikan, keindahan dan Tuhan. Sifat-sifat itu tercapai bila manusia mampu memiliki tingkat kualitas kebenaran, kebaikan, keindahan dan nilai Tuhan pada dirinya tercermin dalam perbuatan sehari-hari.
Dalam
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama yang penting
diperhatikan adalah ciri-ciri individu yang berkualitas antara lain: (1)
berstamina yang tinggi karena didukung oleh kebutuhan pokok yang terpenuhi, (2)
tangguh, (3) cerdas, (4) terampil, (5) mandiri, (6) memiliki rasa tanggung
jawab dan setia kawan, (7) produktif, (8) kreatif, (9) inovatif, (10) berorientasi
pada masa depan, (11) berdisiplin dan (12) berbudi luhur .
Sedangkan ciri-ciri manusia berkualitas dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah: (1) beriman teguh, (2) tidak menyekutukan Allah, (3) menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, (4) beriman kepada Rasul dan Sunnahnya, (5) berjihad di jalan Allah, (6) mengenal kelebihan dan kekurangan diri, (7) sadar akan tanggung jawabnya di dunia sebagai khalifah, (8) mempunyai tujuan hidup jangka panjang dan jangka pendek, (9) berani dan ikhlas, (11) normal akalnya, (12) sehat jasmani dan rohani, (13) mengenal hakikat dunia, hidup dan mati .
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dapat dilakukan dengan pendekatan paradigma sehat. Maksudnya adalah meningkatkan mutu lingkungan yang sehat, perilaku yang sehat dan pengembangan masyarakat. Dimana bertambanya posentase keluarga yang memiliki rumah berstandar kesehatan seperti penggunaan air bersih, jamban bersih, ventilasi rumah yang mendukung dan tata ruang yang baik. Selain itu pola dan pengolahan bahan pangan yang higenis dalam pencapaian pemenuhan gizi menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.
Sedangkan ciri-ciri manusia berkualitas dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah: (1) beriman teguh, (2) tidak menyekutukan Allah, (3) menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, (4) beriman kepada Rasul dan Sunnahnya, (5) berjihad di jalan Allah, (6) mengenal kelebihan dan kekurangan diri, (7) sadar akan tanggung jawabnya di dunia sebagai khalifah, (8) mempunyai tujuan hidup jangka panjang dan jangka pendek, (9) berani dan ikhlas, (11) normal akalnya, (12) sehat jasmani dan rohani, (13) mengenal hakikat dunia, hidup dan mati .
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dapat dilakukan dengan pendekatan paradigma sehat. Maksudnya adalah meningkatkan mutu lingkungan yang sehat, perilaku yang sehat dan pengembangan masyarakat. Dimana bertambanya posentase keluarga yang memiliki rumah berstandar kesehatan seperti penggunaan air bersih, jamban bersih, ventilasi rumah yang mendukung dan tata ruang yang baik. Selain itu pola dan pengolahan bahan pangan yang higenis dalam pencapaian pemenuhan gizi menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.
3. Tahapan
Kualitas Hidup Masyarakat
Irfan
Hielmi mengutip dari Lippit (1985) mengemukakan bahwa agar perubahan ke tingkat
lebih baik berhasil dilakukan, maka ada suatu proses yang harus dilalui dan
terdiri dari beberapa tahap:
1) Menumbuhkan
kebutuhan berubah. Yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah perumusan
kesulitan-kesulitan, ketegangan, ketidakpuasan dan kekecewaan yang harus di
terjemahkan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Masyarakat harus menyadari
hal ini agar tumbuh keinginan untuk berubah dan keinginan untuk mencari bantuan
dari luar sistem sosialnya.
2) Membangun
hubungan untuk perubahan. Hubungan ini harus terbina di antara sasaran dan agen
pembaharu.
3) Diagnosis
dan penjelasan masalah yang dihadapi harus diketahui dan dirumuskan menjadi
masalah bersama.
4) Mencari
alternative pemecahan masalah dan menetapkan tujuan serta menumbuhkan tekad
untuk bertindak.
5) Tekad
tersebut diubah menjadi suatu usaha nyata kea rah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, mengorganisisr dan menggerakkan masyarkat harus dilakukan melalui
pembagian tugas.
6) Perluasan
dan pemantapan perubahan. Perluasan tersebut diikuti dengan penyempurnaan dan
pelembagaan dari perubahan yang telah terjadi sehingga dapat dirasakan oleh
masyarakat.
7) Memutuskan
hubungan antara sasaran dengan penyuluh, ketika masyarakat sudah dirasa dapat
‘mandiri’ sehingga menghindari ketergantungan masyarakat dengan penyuluh.
Tetapi secara umum dari beberapa variasi yang ada, penulis melihat pada dasarnya tapan yang dilakukan mencakup beberapa tahapan di bawah ini: Pertama, tahap persiapan yaitu mempersiapkan petugas (community Worker) dan lapangan. Kedua, proses assessment yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
Tetapi secara umum dari beberapa variasi yang ada, penulis melihat pada dasarnya tapan yang dilakukan mencakup beberapa tahapan di bawah ini: Pertama, tahap persiapan yaitu mempersiapkan petugas (community Worker) dan lapangan. Kedua, proses assessment yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
Ketiga,
tahap perencanaan alternative program atau kegiatan. Pada tahap ini petugas
secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah
yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya. Alternative-alternatif program
yang mereka kembangkan tentulah harus disesuaikan dengan tujuan jangka panjang
dan jangka pendek. Keempat, tahap pemformulasian rencana aksi. Di sini petugas
membantu para kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam
tulisan.
Kelima,
tahap paling penting yaitu pelaksanaan program pengembangan dengan melibatkan
warga masyarakat. Tahap yang keenam setelah pelaksanaan program adalah
mengadakan evaluasi sebagai pengawasan terhadap program yang sedang berjalan.
Terakhir, adalah tahap terminasi yaitu ‘pemutusan’ hubungan formal dengan
komunitas sasaran.
D. Pemulung
1. Pengertian
Pemulung
Pengertian
Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni
muatan truk sampah yang tengah di bongkar, sebagian Pemulung lainnya
berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah
Ada juga yang mengatakan Pemulung adalah kelompok sosial yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA .
Ada juga yang mengatakan Pemulung adalah kelompok sosial yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA .
Adapun
jenis barang bekas yang diambil pemulung adalah sebagai berikut:
1)
Besi bekas
2)
Botol plastik
3)
karung plastik
4)
Kardus
5)
Kertas
6)
Botol kaca
7)
Kaleng
8)
Aluminium
9)
Karet
10)
Kayu
2. Karakteristik Pemulung.
Para
Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni
muatan truk sampah yang tenah di bongkar, sebagian Pemulung lainnya
berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah.
Barang bekas yang telah berkumpul kemudian dipisah-pisahkan menurut jenisnya, sebelum akhirnya dijual kepada pedagang barang bekas atau lapak.
Barang bekas yang telah berkumpul kemudian dipisah-pisahkan menurut jenisnya, sebelum akhirnya dijual kepada pedagang barang bekas atau lapak.
Lapak
atau penampung adalah orang yang mempunyai modal atau dukungan modal untuk
membeli beberapa jenis, atau satu jenis barang bekas dari Pemulung. Jasa lapak
selain sebagai pembeli tetap adalah ia menanggung sarana transportasi untuk
mengambil barang bekas dari pemukiman liar, sehingga para Pemulung tang menjadi
anak buahnya tidak perlu menanggung ongkos angkutan.
3. Para
pedagang atau lapak selanjutnya menjual barang bekas ke industri atau pabrik
yang menggunakan bahan baku produksinya dari barang bekas secara langsung
maupun melalui pihak perantara (agen atau supplier) memilah barang
sebanyak-banyaknya tentunya dengan alat bantu yang berupa:
4. Gerobak/roda
dua
Alat
ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengais barang yang berguna,
sehingga dengan memakai Gerobak/roda dua Pemulung dapat mencari barang
sebanyak-banyaknya.
5. Karung
Biasanya
alat ini dipakai supaya lebih praktis, karena dengan memakai karung bias masuk
ke gang-gang sempit. Dan kebanyakan yang memakai dengan alat karung mayoritas
anak-anak kecil. Kekurangan dengan memakai alat ini (karung) hasil dari
pilahannya sangat minim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!