SK :
- Memahami
ayat-ayat al-Qur’an tentang toleransi dan etika pergaulan
KD :
- mengartikan
QS:al kafirun1-6,Yunus:40-41,al kahfi 29,al hujurat 10-13 dab hadis
tentang etika pergaulan.
- Menjelaskan
kandungan QS:al kafirun1-6,Yunus:40-41,al kahfi 29,al hujurat 10-13dan
hadis tentang etika pergaulan.
- Menunjukan
perilaku orang yang mengamalkan ayat QS:al kafirun1-6,Yunus:40-41,al kahfi
29,al hujurat 10-13 dan hadis tentang etika pergaulan.
- Menerapkan
perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan seperti yang terkandung
dalam ayat di atas.dan hadis tentang etika pergaulan dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budi Pekerti
berarti sikap dan prilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan
kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan keburukan pula. Oleh
karena itu kita perlu menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran
budi pekerti menuntut kita agar selalu berbuat kebaikan, kebenaran, serta
memupuk keharmonisan gubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan lingkungan, yang sering disebut dengan konsep tri hita karana.
Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan manusia dengan
manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia
sebagai makhluk social yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya,
hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari
itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar
umat manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika
pergaulan.[1]
Dalam tulisan
yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara
tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan
penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan
bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus memberikan jalan keluar dalam
mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam
pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan secara komprehensif solusi
dimaksud, sesuai dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan sunnah.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari toleransi dan etika pergaulan?
- Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang membahas tentang
toleransi dan etika pergaulan?dan apa kandungan ayatnya?
- Bagaimana cara menerapkan perilaku hidup toleransi
dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Toleransi
dan Etika
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2].Kata
toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari
bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan
kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current
English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs,
behaviors, etc, different from one’s own[3].Adapun
dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata
toleransi adalah سماحة atau تسامح.
Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang
dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang
menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang
bersumber dari kepribadian yang mulia[4].
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan
yang buruk[5].
2.
Ayat-Ayat Al-Qur’an
yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam
secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi
Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal
lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan
untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan
toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat
manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin
disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk
bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
a.
QS:al kafirun1-6
ö@è%
$pkr'¯»t
crãÏÿ»x6ø9$#
ÇÊÈ Iw
ßç6ôãr&
$tB
tbrßç7÷ès?
ÇËÈ Iwur
óOçFRr&
tbrßÎ7»tã
!$tB
ßç7ôãr&
ÇÌÈ Iwur
O$tRr&
ÓÎ/%tæ
$¨B
÷Lnt6tã
ÇÍÈ Iwur
óOçFRr&
tbrßÎ7»tã
!$tB
ßç6ôãr&
ÇÎÈ ö/ä3s9
ö/ä3ãYÏ
uÍ<ur
ÈûïÏ
ÇÏÈ
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan
pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat
ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan
bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal
ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar
kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun
campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap
bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas
dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni[6].
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas
ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain
al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan
Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran
dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan
menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi
Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah[7].
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama.
Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid
ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan
kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir[8].
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan
secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian,
masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan
baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan
sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung
jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah
harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW
agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam[9].
b.
Q:S Yunus:40-41
Nåk÷]ÏBur
`¨B
ß`ÏB÷sã
¾ÏmÎ/
Nåk÷]ÏBur
`¨B
w
ÚÆÏB÷sã
¾ÏmÎ/
4 y7/uur
ÞOn=÷ær&
tûïÏÅ¡øÿßJø9$$Î/
ÇÍÉÈ bÎ)ur
x8qç/¤x.
@à)sù
Ík<
Í?yJtã
öNä3s9ur
öNä3è=yJtã
( OçFRr&
tbqä«ÿÌt/
!$£JÏB
ã@yJôãr&
O$tRr&ur
ÖäüÌt/
$£JÏiB
tbqè=yJ÷ès?
ÇÍÊÈ
40. di antara mereka ada orang-orang yang
beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan.
41. jika mereka mendustakan kamu,
Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas
diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan".
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman
(kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan
yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka
termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama
sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk
orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu
pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara
manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain
memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita
berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi
balasan dan ganjaran yang sesuai[10].
c.
Q:S al-Kahfi ayat 29
È@è%ur
,ysø9$#
`ÏB
óOä3În/§
( `yJsù
uä!$x©
`ÏB÷sãù=sù
ÆtBur
uä!$x©
öàÿõ3uù=sù
4 !$¯RÎ)
$tRôtGôãr&
tûüÏJÎ=»©à=Ï9
#·$tR
xÞ%tnr&
öNÍkÍ5
$ygè%Ï#uß
4 bÎ)ur
(#qèVÉótGó¡o
(#qèO$tóã
&ä!$yJÎ/
È@ôgßJø9$%x.
Èqô±o
onqã_âqø9$#
4 [ø©Î/
Ü>#u¤³9$#
ôNuä!$yur
$¸)xÿs?öãB
ÇËÒÈ
29. dan Katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang
angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku sampaikan ini
datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang mau
beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal
demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali kepada
dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-ayat Allah,maka
biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan seseorang baik
dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan merasa kerugian dan
berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan
merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah
tersebut. Malahan Allah telah menyedikan neraka yang kobaran apinya mengepung
segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar.
Kata سرادق terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini
dengan Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni
neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api,
sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak
lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang
disiksa benar-benar diliputi oleh api itu[11].
d.
Q:S al-Hujurat 10-13
$yJ¯RÎ)
tbqãZÏB÷sßJø9$#
×ouq÷zÎ)
(#qßsÎ=ô¹r'sù
tû÷üt/
ö/ä3÷uqyzr&
4 (#qà)¨?$#ur
©!$#
÷/ä3ª=yès9
tbqçHxqöè?
ÇÊÉÈ $pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
w
öyó¡o
×Pöqs%
`ÏiB
BQöqs%
#Ó|¤tã
br&
(#qçRqä3t
#Zöyz
öNåk÷]ÏiB
wur
Öä!$|¡ÎS
`ÏiB
>ä!$|¡ÎpS
#Ó|¤tã
br&
£`ä3t
#Zöyz
£`åk÷]ÏiB
( wur
(#ÿrâÏJù=s?
ö/ä3|¡àÿRr&
wur
(#rât/$uZs?
É=»s)ø9F{$$Î/
( }§ø©Î/
ãLôew$#
ä-qÝ¡àÿø9$#
y֏t/
Ç`»yJM}$#
4 `tBur
öN©9
ó=çGt
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqçHÍ>»©à9$#
ÇÊÊÈ $pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qç7Ï^tGô_$#
#ZÏWx.
z`ÏiB
Çd`©à9$#
cÎ)
uÙ÷èt/
Çd`©à9$#
ÒOøOÎ)
( wur
(#qÝ¡¡¡pgrB
wur
=tGøót
Nä3àÒ÷è/
$³Ò÷èt/
4 =Ïtär&
óOà2ßtnr&
br&
@à2ù't
zNóss9
ÏmÅzr&
$\GøtB
çnqßJçF÷dÌs3sù
4 (#qà)¨?$#ur
©!$#
4 ¨bÎ)
©!$#
Ò>#§qs?
×LìÏm§
ÇÊËÈ $pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
$¯RÎ)
/ä3»oYø)n=yz
`ÏiB
9x.s
4Ós\Ré&ur
öNä3»oYù=yèy_ur
$\/qãèä©
@ͬ!$t7s%ur
(#þqèùu$yètGÏ9
4 ¨bÎ)
ö/ä3tBtò2r&
yYÏã
«!$#
öNä39s)ø?r&
4 ¨bÎ)
©!$#
îLìÎ=tã
×Î7yz
ÇÊÌÈ
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
[1409] Jangan mencela dirimu
sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin
seperti satu tubuh.
[1410] Panggilan yang buruk ialah
gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada
orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya.
Dalam ayat 10 Allah menggunakan kata اخوة bukan
kata اخوان . Dari segi kandungan makna ternyata
terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun sama-sama merupakan bentuk
jamak dari kata tunggal اخ. Kata اخوة
menunjukan arti saudara sekandung[12].
Sedangkan اخوان berarti teman sejawat. Disini al-Qur’an menganggap
persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu nasab, dan
islamlah sebagai orang tuanya.
Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah
bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan,
social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya
sesame orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh sebagaimana
diajarkan agamanya yaitu islam.
Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung
pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya
orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi
orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang
mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah.
Olok-olok disini dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan
kelakar yang bersifat merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat
menimbulkan pertengkaran atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang
orang-orang mukmin saling memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan,
kesatuan, persatuan dikalangan orang mukmin.
Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli
tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin
karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang
orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang
buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau
digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau
“hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat
kesalahan harus segera taubat.
Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam ayat
12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab sebagian
perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini juga
Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing,
menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang
begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia sendiri
tidak menyukainya.
Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa
ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan
manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna
kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk
berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari
yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi,
saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di
hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah
SWT.
3.
Hadis yang Membahas
Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama
عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ اْلمُسْلِم
عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ .
Dari Abi Hurairah ra. berkata,
Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang
islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas
salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa
bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu
majah)
مفردة
|
معنى
|
مفردة
|
معنى
|
رَدُ التَحِيَةِ
|
Menjawab salam
|
وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ
|
Dan memenuhi undangan
|
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
|
Dan melayat jenazah
|
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ
|
Dan menengok orang sakit
|
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ
|
Dan mendoakan orang yang bersin
|
حَمِدَ
|
Membaca hamdalah
|
Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang
islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan
kewajiban itu antara lain:
1)
Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu
“assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab
salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2)
Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi
atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3)
Kewajiban Melayat orang
islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya
berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4)
Kewajiban mendoakan orang
islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka
orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan
doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi
dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada
kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya
perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di
anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang
sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan
hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai
peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan
hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis Kedua
مَثَلُ
اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ
بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .
Perumpamaan sesama
orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah lembut
seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka
seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
معنى
|
مفردة
|
معنى
|
مفردة
|
Saling mencintai
|
تَوَادِهِمْ
|
Perumpamaan
|
مَثَلُ
|
Tubuh
|
اْلجَسَدِ
|
Saling berlaku lemah lembut
|
وَتَعَاطُفِهِمْ
|
Anggota
|
عُضْوٌ
|
Mengadu
|
اسْتَكَى
|
Semua
|
سَائِرِ
|
Mereka
|
هِمْ
|
Gelisah
|
السَهَر
|
Sakit panas
|
وَاْلحُمَى
|
Saling menyayangi
|
تَرَاحِمِهِمْ
|
Merasakan
|
تَدَاعَى
|
Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial
kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran
bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta
kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan muslim lainnya
itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga
menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam
kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin
dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada
umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan
yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
4.
Perilaku
bertoleransi dan beretika dalam pergaulan dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. QS:Al Kafirun1-6
a. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
b. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di
anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
c. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di
hadapan Allah SWT.
2. Q:S Yunus:40-41
a. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
b. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan
pembimbing kita semua.
c. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad
sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara
baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan
dan ganjaran yang sesuai.
3. Q:S al-Kahfi ayat 29
a. Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang pasti dan menjadi
harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak boleh diubah atau di
abaikan.
b. Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita kepada Allah akan
kembali kepada diri kita sendiri.
c. Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat Allah akan merugi
dan celaka.
4. Q:S al-Hujurat 10-13
a. Sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang
kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat kebiasaan, tingkat
ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
b. Sesama orang mukmin tidak boleh mengolok-olok, mengejek,
menghina satu sama lainnya.
c. Sesama orang mukmin tidak boleh memanggil orang mukmin lain
dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
d. Orang mukmin dilarang berburuk sangka.
e. Orang mukmin harus mengikuti perintah untuk sadar dan mengakui
bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama kedudukannya, yang membedakan derajat
mereka adalah ketaqwaannya.
5. Hadis Pertama
a. Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan
ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang
demi mewujudkan masyarakat yang indah dan menyenangkan.
b. Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban
mereka masing-masing.
c. Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk
mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
6. Hadis kedua
a. Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
b. Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian
sosial terhadap orang-orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis
berusaha mengelaborasi secara tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika
pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan
dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin
sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip
toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan
diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang
dimajukan al-Quran dan sunnah.
. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena
manusia sebagai makhluk social yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia
lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang
harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap
Toleransi, Etika pergaulan.
DAFTAR PUSTAKA
Qaradhawi Yusuf .1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar
al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2.
Ibnu katsir,tafsir ibnu katsir.Al
Hidayah,Surabaya.jilid 4.
LKS Al-Hikmah MA,Qura’an Hadis.semester genap
XII.Surabaya
Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English. London: Oxford University Press. Cet. ke-23.
Warson Ahmad Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab
Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke4.
Shihab Quraish.Membumikan Al-Qura’an.cet x. Jakarta
[1]
Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet.
ke-3. Jilid ke-2. h. 667
[3]
A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English.
London: Oxford University Press. Cet. ke-23. h. 909
[4]
Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya:
Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657
[6]
Ibnu katsir,tafsir ibnu katsir.Al Hidayah,Surabaya.jilid 4.
[7]
LKS Al-Hikmah MA,Qura’an Hadis.semester genap XII.Surabaya
[9]
Ibid.lks
[10]
Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 81 Jakarta
[11]
Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 51-53 Jakarta
[12]
Muanawir.Kamus kontemporer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!