Oleh: Aep
Saepulloh Darusmanwiati
Apabila seorang muslim menikah, maka orang muslim
lainnya atau para undangan yang menghadirinya hendaklah membaca doa berikut
kepada kedua mempelai
بارك الله
لك وبارك عليك وجمع بينكما فى خير
Barakallahulaka
wabaraka ‘alaika, wajama’a bainakuma fi khairin
Artinya:
“Semoga Allah memberkahi kamu (mempelai laki-laki), dan semoga Allah memberkahi
untuk kamu, serta semoga kalian berdua disatukan dalam kebaikan”.
بارك الله
لكل واحد منكما فى صاحبه, وجمع بينكما فى خير
Barakallahu
likulli wahidin minkuma fi shahibih, wa jama’a bainakuma fi khairin.
Artinya:
“Semoga Allah memberkahi masing-masing dari kalian berdua dengan
pasangannya, dan semoga Allah menyatukan kalian berdua dalam kebaikan”.
2. Do’a ketika memasuki kamar
pengantin pada malam pertama[2]
Apabila akad sudah dilangsungkan, dan kedua mempelai
menuju kamar pengantin, maka disunnahkan si mempelai laki-laki berdoa berikut
ini, dan si mempelai wanita mengamininya. Atau, keduanya sama-sama membaca do’a
berikut:
اللهم إنى
أسألك من خيرها وخيرما جبلتها عليه, وأعوذبك من شرها وشر ما فيها وشر ما جبلتها
عليه
Allahumma
inni as’aluka min khairiha wa khairi ma jabaltuha ‘alaih, wa a’udzubika min
syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma jabaltuha ‘alaih
Artinya: “Ya Allah
sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang
Eukau ciptakan tabiatnya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan
kejahatan apa yang ada di dalamnya juga dari kejahatan dari apa yang Eukau
ciptakan padanya”
Atau membaca do’a berikut ini:
بارك الله
لكل واحد منا فى صاحبه
Barakallahu
likulli wahidim minna fi shahibih
“Semoga
Allah memberkahi masing-masing dari kita dengan pasangannya”.
3. Do’a ketika hendak berhubungan
badan[3]
Baik mempelai laki-laki maupun mempelai wanita,
disunnahkan sebelum melakukan hubungan badan, untuk mengucapkan doa berikut
ini:
بسم الله اللهم جنبنا الشيطان, وجنب
الشيطان ما رزقتنا
Bismillah allahumma jannibnis syaithan wa jannibis syaithan ma razaqtana“
Bismillah allahumma jannibnis syaithan wa jannibis syaithan ma razaqtana“
Artinya: “Dengan
menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia
dari apa yang akan Eukau rizkikan kepada kami (anak, keturunan)”
4. Doa untuk memudahkan melahirkan[4]
Apabila seorang wanita hendak melahirkan, maka
disunnahkan baginya untuk membaca do’a di bawah ini. Bahkan, anjuran membaca
do’a ini bukan saja untuk si wanita yang akan melahirkannya, akan tetapi juga
bagi orang-orang lain yang mengunjunginya. Maksudnya, ketika melahirkan kelak,
orang-orang yang mengunjunginya disunnahkan untuk membaca doa berikut ini.
1) Membaca Ayat Kursi:
اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ
عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ
الْعَظِيمُ (البقرة: 255)
2) Membaca
surat al-A’raf ayat 54 berikut ini:
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (الأعراف: 54).
Inna
rabbakumullahulladzi khalaqas samawati wal ardha fi sittati ayyamin tsummas
tawa ‘alal ‘arsyi yughsyil lailan nahara yathlubuhu hatsitsa. Wasysyamsya wal
qamara wan nujum musakhkharaatim biamrihi. Ala lahul khalqu wal amru
tabarakallahu rabbal ‘alamin.
Artinya: “Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam” (QS. Al-Araf: 54).
3) Membaca surat al-Falaq dan surat
an-Nas berikut ini:
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ* مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ* وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا
وَقَبَ * وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ * وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا
حَسَدَ*
Artinya: “Katakanlah:
“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan
pendengki bila ia dengki”. (QS. Al-Falaq: 1-5).
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ* إِلَهِ النَّاسِ * مِنْ شَِ
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ * الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ* مِنَ
الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ *
Artinya:
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari
(golongan) jin dan manusia” (QS. An-Nas: 1-6)
5. Doa memohon keturunan (anak)
Anak atau keturunan merupakan nikmat yang sangat
besar. Untuk itulah, tidak salah apabila banyak orang yang berdoa kepada Allah
untuk memperoleh nikmat tersebut (anak). Dan hal ini juga telah dilakukan oleh
para Nabi, salah satunya Nabi Zakaria. Nabi Zakaria termasuk salah satu Nabi
yang memohon kepada Allah agar diberi keturunan. Dan Allah pun mengabulkannya,
dengan diberikannya seorang putra bernama Nabi Yahya.
Berikut ini di antara cara dan doa untuk meminta
keturunan:
1) Perbanyaklah membaca doa Nabi
Zakaria berikut ini:
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ
الْوَارِثِينَ (الأنبياء: 89)
Artinya:
“Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diridan Engkaulah
Waris Yang Paling Baik” (QS. Al-Anbiya: 89).
Doa ini adalah doanya nabi Zakaria ketika beliau meminta
kepada Allah agar diberi keturunan. Allah pun mengabulkannya dengan
diberikannya Nabi Yahya.
2) Perbanyaklah membaca istighfar.
Yang paling utama adalah memperbanyak tuannya
istighfar (sayyidul istighfar), yaitu bacaan berikut ini:
اَلَّلهُمَّ
أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِىْ وَأَنَا عَبْدُكَ, وَأَنَا
عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ, أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا
صَنَعْتُ, أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِىْ,
فَاغْفِرْلِىْ فَإِنَّهٌ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma
anta rabbi laa ilaha illa anta khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika
wawa’dika mastatha’tu, a’udzubika min syarri maa shana’tu, abuu’u laka
bini’matika ‘alayya wa abuu’u bidzanbii, faghfirlii fainnahu laa yaghfirud
dzunuuba illa anta
Artinya:
“Ya Allah, Eukau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selainMu, Eukaulah
yang telah menciptakanku, aku adalah hambaMu, aku akan senantiasa melaksanakan
menurut kemampuanku segala janji kepadaMu, aku berlindung kepadaMu dari
kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui betapa banyak nikmat yang telah
Eukau berikan kepadaku, dan aku juga mengakui segala dosa dan kesalahanku,
(oleh karena itu) ampunilah segala dosaku, karena tidak ada yang dapat
mengampuni segala dosaku keculai Eukau ya Allah”.
Niatkan ketika membaca istighfar ini untuk memperoleh
keturunan dan anak. Istighfar termasuk doa untuk memperoleh keturunan, hal ini
didasarkan kepada firman Allah berikut ini:
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ
جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (نوح : 10-12).
Artinya:
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu (membaca
istighfar), -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, danmembanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuh: 10-12).
3) Jangan
putus asa dalam berdoa, terus dan teruslah berdoa.
Hal ini didasarkan kepada ayat berikut ini:
يَابَنِيَّ
اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
(يوسف: 87)
Artinya:
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87).
Dalam ayat ini Nabi Ya’kub menganjurkan putra-putranya
untuk tidak berputus asa dalam rangka mencari Nabi Yusuf dan Benyamin,
putranya. Untuk itu, dalam berdoa memohon putra, juga jangan pernah berputus
asa sedikitpun, tentunya di samping datang ke dokter, ahli kesehatan untuk
berkonsultasi.
6. Doa
bagi wanita yang sedang hamil
إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (أل عمران: 36)
Artinya: “Aku mohon perlindungan untuknya serta
anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang
terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).
Doa ini
adalah doa isteri Imran ketika melahirkan putrinya yang bernama Siti Maryam.
Sebagian ulama mengatakan karena doa inilah, Maryam ketika dilahirkan tidak
diganggu dan tidak digoda oleh syaithan. Oleh karena itu, Abu Hurairah
menganjurkan setiap wanita yang hamil untuk membaca doa di atas.
Dalam
sebuah hadits dikatakan:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
((ما من بنى آدم مولود إلا يمسه الشيطان حين يولد فيستهل صارخا من مس الشيطان غير
مريم وابنها)) [رواه مسلم]
Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw
bersabda: “Tidak ada satupun keturunan Adam yang dilahirkan ke dunia ini,
kecuali akan diusap oleh syaithan. Oleh karena itu, si bayi akan berteriak
(menangis keras) karena usapan syetan tersebut, kecuali Maryam dan putranya
(Nabi Isa)” (HR.Muslim).
7. Doa
untuk bayi dan anak-anak kecil
Apabila
sedang menjenguk bayi atau melihat bayi atau anak kecil, dianjurkan
memperbanyak doa di bawah ini. Doa ini dibaca oleh Rasulullah saw ketika
menjenguk kedua cucu nya, Hasan dan Husain sebagaimana disebutkan dalam hadits
riwayat Imam Bukhari. Dan Rasulullah saw mengatakan, bahwa Nabi Ibrahim pun
membaca doa yang sama untuk kedua putranya, Ismail dan Ishak.
اللهم إني أعيذه بكلمات الله التامة, من كل شيطان وهامة,
ومن كل عين لامة [رواه البخاري]
Alloohumma innii u’iidzuhu bikalimaatillaahit taammah,
min kulli syaithoonin wa haammah, wa min kulli ‘ainin laammah.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku melindungkan dia
(bayi) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari setiap gangguan setan
dan binantang beracun dan dari setiap mata yang berniat jahat” (HR. Bukhari).
Di antara problematika kehidupan yang banyak dihadapi
manusia adalah ditimpa berbagai macam penyakit,
baik jasmani maupun rohani. Dan untuk mengobati penyakit, beragam ikhtiar dan
usaha dilakukan oleh manusia. Ada di antara manusia yang menyalahi syari’at
Islam dalam melakukan ikhtiar, seperti mendatangi dukun, orang pintar dan
paranormal.
Namun banyak juga yang sadar tentang bahaya
perdukunan, sehingga mereka pun berusaha mencari pengobatan dengan cara yang
sesuai dengan syari’at Islam, seperti mendatangi dokter, berbekam, mengonsumsi
habbatus sauda’ (jinten hitam) dan madu, atau dengan cara ruqyah syar’iyyah.
Dalam tulisan kali ini akan dibahas tentang salah satu
sebab syar’i untuk memperoleh kesembuhan, simak dan resapilah nasehat Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau telah bersabda, “Obatilah
orang-orang yang sakit di antara kalian dengan ber-shadaqah.” (Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih al-Jami’)
Cobalah iringi ikhtiar dan usaha yang kita lakukan
secara syar’i dalam mencari kesembuhan dengan bershadaqah dan tanamkanlah niat
shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan
penyakit yang sedang menimpa kita.
Sebab-Sebab Syar’i untuk Memperoleh Kesembuhan
Pertama: Melakukan ikhtiar secara Islami dan jangan
melakukan ikhtiar yang terlarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda, “Sesungguhnya Allah yang menciptakan penyakit dan obatnya, maka
berobatlah kalian tapi jangan berobat dengan cara yang diharamkan” (Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)
Kedua: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah subhanahu
wata’ala adalah satu-satunya Dzat Yang Maha Menyembuhkan, sedangkan makhluk
yang terlibat proses pengobatan seperti dokter, tabib, obat-obatan dan hal-hal
yang terkait lainnya, itu semua hanyalah sarana menuju kesembuhan, dan buanglah
sejauh mungkin keyakinan-keyakinan dan ungkapan-ungkapan yang menyimpang dari
aqidah tauhid, seperti seseorang mengungkapkan perkataan setelah memperoleh
kesembuhan, “Dokter Fulan memang hebat, obat itu memang manjur,” dan
ungkapan-ungkapan keliru lainnya.
Ke tiga: Dekatkan diri dan tingkatkan ketaqwaan kepada
Allah subhanahu wata’ala, serta mohonlah kepada-Nya ampunan atas dosa-dosa yang
kita perbuat, karena salah satu hikmah Allah subhanahu wata’ala menurunkan
penyakit pada diri kita adalah agar kita kembali ke jalan-Nya.
Ke empat: Bertawakkallah kepada-Nya dan berdo’alah
selalu kepada Allah subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Menyembuhkan segala
penyakit, agar penyakit segera diangkat dari diri kita dan janganah bosan untuk
berdo’a, sebab kita tidak tahu kapan Dia menjawab do’a kita. Perhatikan
sebab-sebab terkabulnya do’a serta penuhi syarat-syaratnya.
Ke lima: Bershadaqahlah semampu kita karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan kesembuhan melalui shadaqah, dan
tepislah jauh-jauh anggapan bahwa bershadaqah itu mengurangi harta kita, justru
Allah subhanahu wata’ala akan melipatgandakan harta kita. Dan niatkanlah
shadaqah untuk memperoleh kesembuhan dari Allah subhanahu wata’ala.
Ke enam: Yakini dan tanamkan keyakin-an
sedalam-dalamnya bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkan penyakit
kita.
Kisah-Kisah Nyata Orang Sembuh Setelah Bershadaqah
Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij berkata,
“Wahai saudaraku yang sedang sakit, shadaqah yang dimaksudkan dalam hadits ini
adalah shadaqah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan, boleh jadi anda
telah banyak melakukan shadaqah, tetapi hal itu tidak anda lakukan dengan niat
untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah subhanahu wata’ala, oleh karena itu
coba anda lakukan sekarang dan tumbuhkanlah kepercayaan dan keyakinan bahwa
Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkan diri anda. Isilah perut para fakir
miskin hingga kenyang, atau santunilah anak yatim, atau wakafkanlah harta anda,
atau melakukan shadaqah jariah, karena sesungguhnya shadaqah tersebut dapat mengangkat
dan menghilangkan berbagai macam penyakit dan berbagai macam musibah dan
cobaan, dan hal seperti itu sudah banyak dialami oleh orang-orang yang diberi
taufiq dan hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga mereka memperoleh
obat penawar yang bersifat rohani (termotivasi oleh keimanan, ketaatan dan
keyakinan pada Allah subhanahu wata’ala) dan itu lebih bermanfaat daripada
sekedar obat-obat biasa. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, juga
telah melakukan pengobatan dengan metode pengobatan ruhaniyah ilahiyyah (yaitu
pengobatan yang menitikberatkan pada aspek keimanan, ketaatan dan keyakinan
pada Allah subhanahu wata’ala). Demikian juga dengan para generasi salafus
shaleh, mereka juga selalu bershadaqah sesuai kadar sakit dan derita yang menimpa
mereka, dan shadaqah yang mereka keluarkan adalah harta mereka yang sangat
berkualitas. Wahai saudaraku yang sedang sakit janganlah anda bakhil terhadap
diri anda sendiri, sekaranglah waktunya untuk shadaqah.” (Shifatun ‘Ilaajiyyah
Tuzilu Al-Amraadh bi Al-Kulliyyah)
Kisah Pertama: Ada seseorang bertanya kepada Abdullah
Bin Mubarak rahimahullah, tentang penyakit di lututnya yang telah diderita
semenjak tujuh tahun. Dia telah melakukan bermacam usaha untuk mengobatinya dan
telah bertanya kepada para dokter, tetapi belum merasakan hasil manfaatnya.
Maka Abdullah Bin Mubarak rahimahullah, berkata kepadanya, “Pergilah anda
mencari sumber air dan galilah sumur di situ karena orang-orang membutuh-kan
air! Aku berharap ada air yang memancar di situ, maka orang itu pun melakukan
apa yang disarankan oleh beliau, lalu dia pun sembuh.” (Kisah ini dikutip dari
Shahih At-Targhib)
Kisah Ke dua: Ada seseorang yang diserang penyakit
kanker. Dia sudah keliling dunia untuk mengobati penya-kitnya, tetapi belum
memperoleh kesembuhan. Akhirnya dia pun bershadaqah kepada seorang ibu yang
memelihara anak yatim, maka melalui hal itu Allah subhanahu wata’ala
menyembuhkan dia.
Kisah Ke tiga: Kisah ini langsung diceritakan oleh
orang yang menga-laminya kepada Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij,
Dia berkata kepada beliau, “Saya mem-punyai seorang putri balita yang menderita
suatu penyakit di sekitar tenggorokannya. Saya telah keluar masuk ke beberapa
rumah sakit dan sudah konsultasi dengan banyak dokter, namun tidak ada hasil
apa pun yang dirasakan. Sedangkan penyakit putriku tersebut semakin memburuk,
bahkan untuk menghadapi penyakitnya tersebut, hampir-hampir saya ini yang jatuh
sakit dan perhatian seluruh anggota keluarga tersita untuk mengurusinya. Dan
yang bisa kami lakukan hanya memberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya
saja. Kalaulah bukan karena rahmat Allah subhanahu wata’ala rasa-rasanya kami
sudah putus asa olehnya. Namun apa yang di angan-angankan itu pun datang dan
terkuaklah pintu kesulitan yang kami alami selama ini. Suatu hari ada seorang
yang shalih menghubungiku lewat telephon lalu menyampaikan hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian
dengan bershadaqah.” Saya katakan kepada orang shalih tersebut, sungguh saya
sudah banyak bershodaqoh! Lalu kata beliau kepadaku, “Bershadaqahlah kali ini
dengan niat agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan putrimu. Mendengar hal
itu saya langsung mengeluarkan shadaqah yang sangat sederhana kepada seseorang
yang fakir, namun belum ada perobahan pada putriku. Lalu hal itu saya sampaikan
kepada orang shalih tersebut. Dia pun mengatakan kepada saya, “Anda adalah
orang yang banyak dapat nikmat dan punya banyak harta. Cobalah engkau
bershadaqah dalam jumlah yang lebih banyak.” Setelah mendengar itu, maka saya
pun mengisi mobil saya sepenuh-penuhnya dengan beras, lauk pauk, dan bahan
makanan lainnya, lalu saya bagi-bagikan langsung kepada orang-orang yang
membutuh-kannya, sehingga mereka sangat senang menerimanya. Dan demi Allah
(saya bersumpah) saya tidak akan lupa selama-lamanya, ketika shadaqah tersebut
selesai saya bagi-bagikan, Alhamdulillah putriku yang sedang sakit tersebut
sembuh dengan sempurna. Maka saat itu saya pun menyakini bahwa di antara
sebab-sebab syar’i yang paling utama untuk meraih kesembuhan adalah shadaqah.
Dan sekarang atas berkat karunia dari Allah subhanahu wata’ala putriku tersebut
telah tiga tahun tidak mengalami sakit apa pun, Dan mulai saat itulah saya
banyak-banyak mengeluarkan shodaqoh terutama mewakafkan harta saya pada hal-hal
yang baik, dan (Alhamdulillah) setiap hari saya merasakan nikmat dan kesehatan
pada diri saya sendiri maupun pada keluarga saya serta saya juga merasakan
keberkahan pada harta saya. (Isnen Azhar)
========================================================================
min http://madureso.wordpress.com/religi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!