IMPLEMENTASI MBS
DI MA ........................................................
Dosen Pengampu:
1. Dr. Sudharto, MA
2. Dr. Muhdi, M.Hum
3. Dr. M. Th. S.R. tnaningdyastuti, M.Pd
4. Dr. Noor Miyono, M.Pd
Disusun oleh:
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, shalawat salam kita haturkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW
atas berkat dan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyusun makalah ini
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Serta terimakasih pula kepada rekan-rekan yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah bejudul “Implementasi
MBS di MA ................” ini, kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kebijakan Pendidikan.
Kami sadar bahwa “Tiada
Gading yang Tak Retak”, begitu pula dengan tugas makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat mendekati sempurna.
..................... , Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR
ISI
............................................................................................... ii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan
Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan
dan Manfaat Penulisan ................................................. 3
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Pengertian
MBS ....................................................................... 4
B. Implementasi
MBS di MA
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................. 122
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang
merupakan bentuk pengelolaan sekolah/Madrasah dalam program desentralisasi
bidang pendidikan sudah dikenal dan ditandai dengan adanya otonomi luas di
tingkat sekolah/madrasah, partisipasi masyarakat yang tinggi, dan terkait
langsung dengan kebijakan pendidikan nasional maupun di daerah. Penyelenggaraan
pendidikan madrasah secara otonomi dibutuhkan agar pengelolaan sumber daya
manusia dan dana dapat dialokasikan sesuai prioritas kebutuhan, dimana madrasah
sebagai pengelola dapat lebih tanggap dan responsive terhadap kebutuhan
lingkungan setempat. Kondisi itu berarti, kini masyarakat dituntut untuk lebih
berpartisipasi agar memahami berbagai persoalan manajemen pendidikan, sehingga
mereka dapat berperan aktif dalam membantu dan mengawasi pendidikan di
madrasah.
Secara operasional kepala madrasah sebagai pemimpin,
manajer dan administrator bersama para guru dituntut lebih bersikap aktif dalam
mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai prioritas di
madrasah. Sehingga kepala madrasah dituntut memiliki pengetahuan tentang MBS
dan mengimplementasikannya, mengingat keduanya juga merupakan penyelenggara
pendidikan di madrasah, dan terlebih jika dikaitkan dengan persoalan rendahnya
mutu pendidikan yang sejalan dengan dinamika masyarakat dalam masa reformasi.
Sehingga kebijakan pemerintah melalui implementasi MBS dapat terselenggara.
Sebab, bagaimanapun program itu dimaksudkan untuk memandirikan dan
memberdayakan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada mereka
masing-masing guna melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif guna
peningkatan aktivitas pembelajaran di madrasah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan MBS?
2. Bagaimana
Implementasi MBS di MA ........................?
C.
Tujuan
dan Manfaat
1. Mengetahui
pengertian MBS.
2. Mengetahui
Implementasi MBS di MA ...................... ..................
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
1. Pengertian
MBS
MBS merupakan
paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
dengan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan nasional. MBS merupakan
wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para siswa.
Dapat juga
dikatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah
penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah
secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen
berbasis sekolah atau School Based Management dapat didefinisikan dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengembilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.
Dengan pola MBS,
sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) yang lebih besar dalam mengelola
manajemennya sendiri. Kemandirian tersebut di antaranya meliputi penetapan
sasaran peningkatan mutu, penyusunan rencana peningkatan mutu, pelaksanaan
rencana peningkatan mutu dan melakukan evaluasi peningkatan mutu. Di samping
itu, sekolah juga memiliki kemandirian dalam menggali partisipasi kelompok yang
brekepentingan dengan sekolah. Di sinilah letak ciri khas MBS.
B. Implementasi MBS di MA .............................................
Esensi dari MBS
adalah otonomi dan pengambilan keputusan partisipasi untuk mencapai sasaran
mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan (kemandirian) yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Jadi, otonomi sekolah
adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga
sekolah- sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional
yang berlaku. Kemandirian yang-dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan,
yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan
berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya,
kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan
cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan
adaftif dan antisipatif, kemampuan bersinergi danm berkaborasi, dan kemampuan
memenuhi kebutuhan sendiri.
Pengambilan keputusan
partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan
lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana warga sekolah (guru, karyawan,
siswa,orang tua, tokoh masyarakat) dkjorong untuk terlibatsecara langsung dalam
proses pengambilankeputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan sekolah.
Pengambilan
keputusan partisipasi berangkat dari asumsi bahwa jika seseorang dilibatftan
dalam proses pengambilan keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan akan
merasa memiliki keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan akan bertanggung
jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya
makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasaTmemiliki, makin besar
rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab, dan makin besar rasa
tanggung jawab makin besar pula dedikasinya.
Dengan pola MBS,
MA .................... memiliki kewenangan kemandirian yang lebih besar dalam mengelola
manajemennya sendiri. Kemandirian tersebut di antaranya meliputi penetapan
sasaran peningkatan mutu, penyusunan rencana peningkatan mutu, pelaksanaan
rencana peningkatan mutu dan melakukan evaluasi peningkatan mutu. Di samping
itu, sekolah juga mmiliki kemandirian dalam menggali partisipasi kelompok yang
brekepentingan dengan sekolah. Di sinilah letak ciri khas MBS.
Berdasarkan
konsep dasar yang telah diuraikan di atas, maka MA ............. perlu
dilakukan penyesuaian dini dari pola lama manajemen pendidikan menuju pola baru
manajemen pendidikan- masa depan Yang lebih bernuansa otonomi yang demokratis.
Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen dari yang lama menuju yang baru
tersebut, dewasa ini secara konseptual maupun praktik tertera dalam MBS.
Perubahan
dimensi pola manajemen pendidikan dari yang lama ke pola yang baru menuju MBS
dapat digambarkan sebagai berikut.
Dimensi-dimensi
perubahan pola manajemen pendidikan dari yang lama ke pola yang baru menuju MBS
dapat digambarkan sebagai berikut:
(Gambar)
Mengacu pada
dimensi-dimensi tersebut di atas, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam
pengelolaan lembaganya. Pengambilan keputusan akan dilakukan secara
partisipatif dengan mengikutsertakan peran masyarakat sebesar-besarnya.
Selanjutnya, melalui penerapan MBS akan nampak karakteristik lainnya dari
profil sekolah mandiri, di antaranya sebagai berikut:
a)
Pengelolaan
sekolah akan lebih desentaristik
a.
Pembahan sekolah
akan lebih didorong oleh motivasi internal dari pada diatur oleh luar sekolah.
b.
Regulasi
pendidkan menjadi lebih sederhana.
c.
Peranan para
pengawas bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dari mengarahkan menjadi
menfasilitasi dan dari menghindari resiko menjadi mengelola resiko.
d.
Akan mengalami
peningkatan manajement.
a)
Dalam bekerja,
akan menggunakanteam rvork
b)
Pengelolaan
informasi akan lebih mengarah kesemua kelompok kepentingan sekolah
Manajemen
sekolah akan lebih menggunakan pemberdayaan dan struktur organisasi akan lebih
datar sehingga akan lebih sederhana dan efisien.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan
mutu sekolah. Dengan kemandiriannya, maka:
a)
Sekolah sebagai
lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya dibanding dengan lembaga-lembaga lainnya.
b)
Dengan demikian
sekolah dapat mengoptimal kan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya,
c)
Sekolah lebih
mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan
dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
d)
Sekolah dapat
bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing- masing kepada pemerintah,
orang tua peserta didik, dan masyarakat pada, umumnya, sehingga sekolah akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasam mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
e)
Sekolah dapat
melakukan persaingan sehat dengan sekolah-sekolah yang lainnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya- upaya inovatif dengan dukungan
orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
Dengan demikian, secara bertahap akan
terbentuk sekolah yang memiliki kemandirian tinggi. Secara umum, sekolah yang
mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Tingkat kemandirian
tinggi sehingga tingkat ketergantungan menjadi rendah
b)
Bertanggung
jawab terhadap input manajemen dan sumber dayanya.
c)
Memiliki kontrol
yang kuat terhadap kondisi kerja.
a. Komitmen
yang tinggi pada dirinya.
b. Prestasi
merupakan acuan bagi penilaiannya.
Selanjutnya
dilihat dari sumber daya manusia sekolah yang mandiri memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Pekerjaan adalah
miliknya
a.
Bertanggung
jawab
b.
Memiliki
kontribusi terhadap pekerjaannya
c.
Mengetahui
poisisi dirinya dan memiliki kontrol terhadap pekerjaannya
d.
Pekerjaan
merupakan bagian hidupnya.
Dalam upaya
menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu kita perlu menciptakan sekolah yang
efektif. Ciri sekolah yang efektif adalah sebagai berikut:
1)
Visi dan misi
yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan secara lokal.
2)
Sekolah memiliki
output yang selalu meningkat setiap tahun.
3)
Lingkungan
sekolah aman, tertib, dan menyenangkan bagi warga sekolah.
4)
Seluruh personil
sekolahjnemiliki visi, misi, dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara
optimal.
5)
Sekolah memiliki
sistem evaluasi yang kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek akademik
dan non akademik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah
terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, manajemen yang
sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan kreatifitas pada satuan
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi
terjadinya stagnasi di bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma baru
dibidang pendidikan.
Seiring dengan bergulirnya era dtonomi daerah,
terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke
arah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak
nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melajui
strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS. MBS bukan sekedar
mengubah penedekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke
desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul
kemandirian iekolah. Untuk keperluan ini diperlukan tersedianya kepemimpinan
visioner di sekolah/madrasah tersebut.
DAFTAR PUSAKA
Burhanuddin, Analisis
Manajemen dan kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 1994.
Cohen, William A. 2002.
The New Art of The Leader; Seni Baru Kepemimpinan, Alih bahasa: Hendrikus Leko,
PT. Prenhallindo, Jakarta.
Danim. Sudarwan. 2005.Visi
Baru Manajemen, Dari Unit Birokrasi ke lembaga Akademik. Jakarta : Bumi Aksara
Dirawat, Dkk.
1986.Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Hodgetts & Kuratko,
dalam Mgs. Nazarudin, 2007,Manajemen Pembelajaran, Penerbit: Teras, Yogyakarta.
koswara, Soeharni,
2006.Pengantar Manajemen Pendidikan, Penerbit: Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Pasmore, William A.
1994.Creating Strategic Change, Designing the Flexible High-Performing
Organisation, New York: John Wiley & Sons, Inc..
Robins, Stephen P., 1996.
Organisation Behavior, (New Jersey: Englewood Cliffs.
Ruky, Ahmad S. 2001.Sistem
Manajemen Kinerja, Penerbit: Gramedia, Jakarta.
Salusu, J.,
1996.Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit, Penerbit: Grasindo, Jakarta.
Soetopo, Hendiyat dan
Wasty Soemanto. 1998.Kepemimpinan dat: Supervisi Pendidikan, Penerbit: Bina
Aksara, Jakarta.
Soetopo, Kepemimpinan dan
Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1994.
Stogdill, RM., 1974.
Handbook of Leadership, New York: The Free Press), dalam Paul Hersey dan
Kenneth Blanchard, Management oj Organisational Behavior, Utilising Human
Resources, 4 th . Ed (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc., 1982)
p. 176.
Terry, George R., 1960.
Principle of Management 3 rd.edt., Homewood. Illionis: Record D. Irwin, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!