A.
KOTA BAGHDAD
Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah
abbasiyah kedua,Al-Mansyur (754-755M) pada tahun 762 M.menurut cerita rakyat;
daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisyra Anusyirwan,raja
Persia yang Masyhur , di musim panas.Baghdad berarti “ taman keadilan”.di
sekitar kota terdapat empat buah pintu gerbang, Keempat pintu gerbang itu
adalah Bab al-Kufah, terletak di sebelah barat daya, Bab al-Syam di barat laut,
Bab al-Bashrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur laut. Di tengah-tengah
kota terletak
istana khalifah yang di beri nama al-Qashr al-Zahabi, berarti istana emas.
Sejak awal berdirinya, kota
ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Itulah sebabnya Philip K.Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Menurutnya, di antara
kota-kota dunia, Baghdad
merupakan profesor masyarakat Islam. Al-Manshur memerintahkan penerjemahan
buku-buku ilmiah dan kesusasteraan dari bahasa asing: India , Yunani lama, Byzantium , Persia ,
dan Syiri. Para peminat ilmu dan kesusastraan segera berbondong-bondong datang
ke kota itu.
Masa keemasan kota Baghdad
terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan
anaknya al-Ma’mun (813-833 M).Dari kota
inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Ilmu
pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang
sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Khalifah al-Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan
beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah. Di
samping itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan sekolah biasa yang
memenuhi kota
itu. Dua diantaranya yang terpenting
adalah perguruan Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizham al-Mulk, wazir Sultan
Seljuk, pada abad ke-5 H dan perguruan Mustanshiriyah,ddirikan dua abad
kemudian oleh Khalifah al-Mustanshir Billah. Dalam bidang sastra, kota Baghdad
terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari orang. Diantara karya
sastra yang terkenal ialah Alf Lailah wa Lailah, atau kisah seribu satu malam.
Di kota Baghdad ini lahir dan muncul para saintis, ulama’, filosof, dan
sastrawan terkenal, seperti al-Khawarizm (ahli astronomi dan matematika, penemu
ilmu aljabar), al-Kindi (filosof Arab pertama), tiga pendiri hukum Islam (Abu
Hanifah, Syafi’I, dan Ahmad ibnu Hambal), al-Ghazali (filosof, teolog, dan sufi
besar dalam Islam yang dijuluki dengan Hujjah al-Islam), Abd al-Qadir al-Jilani
(pendiri tarekat qadiriyah), dan lain-lain. Dalam bidang eonomi,
perkembangannya berjalan sering dengan perkembangan politik. Pada masa Harun
al-Rasyid dan al-Ma’mun perdagangan dan industri berkembang pesat. Banyaknya
orang suci yang dikebumikan di dalam batas dan sekitar tembok kota ,
sehingga Baghdad
mendapat julukan Benteng Kesucian.
Kota yang terletak di tepi barat sungai Tigris itu muncul sebagai kota yang
terindah dan termegah di dunia waktu itu.kota ini dibumihanguskan oleh tentara
Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan tahun 1258 M. Semua bangunan kota , termasuk istana emas
tersebut dihancurkan. Pasukan Mongol itu juga meruntuhkan perpustakan yang
merupakan gudang ilmu dan membakar buku-buku yang terdapat di dalamnya, Pada
tahun 1400 M, kota ini diserang pua oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508
Moleh tentara kerajaan Safawi.
B.
KAIRO (MESIR)
Kota Kairo di bangun pada tanggal 17
Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiah, yang baraliran
Syi’ah, Jawhar al-Siqili, atas perintah Khalifah Fathimiah, al-Mu’izz
Lidinillah (953-975 M), sebagai ibu mota dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan
segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang
sampai sekarang masih ditemui peninggalannya.Wilayah kekuasaan dinasti
Fathimiah, meliputi: Afrika Utara, Sicilia, dan Syria . Setelah pembangunan kota kairo rampung lengkap
dengan istananya, al-Siqili mendirikan masjid al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H(970
M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang
masih berdiri megah. Kota
yang terletak di tepi sungai Nil ini menglami tiga kali masa kejayaan, yaitu
pada masa dinasti Fathimiah, Shalahuddin al-Ayyubi, dan di bawah Baybars dan
al-Nashir pada masa dinasti Mamalik. Periode Fathimiah dimulai dengan al-Mu’izz
dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-‘Aziz. Al-Mu’izz
melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang
administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama (juga aliran). Pada
masa ‘Aziz Billah dan Hkim Biamrillah, tedapat seorang mahaguru bernama Ibn
Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-hakimi diterjemahkan
kedalam berbagai bahasa. Setelah ia meninggal penemuan-penemuannya diteruskan
oleh Ibn al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham. Pada masa pemerintahan al-Hakim
(996-1021 M) didirikan Bait al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang
didirikan oleh al-Ma’mun di Baghdad .
Pada masa-masa selanjutnya dinasti Fathimiah mulai mengalami gangguan-gangguan
politik. Akan tetapi kairo tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Dinasti Fathimiah
ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Salahuddin, seorang
pahlawan Islam terkenal dalam Perang Salib. Ia tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti Fathimiah tetapi mengubah
orientasi keagamaanya dari Syi’ah kepada Sunni. Kekuasaan dinasti Ayyubiah di
Mesir diambil alih oleh dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat
kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan mengalahkan tentara Mongol di Ayn
Jalut di bawah pimpinan Baybars. Pada masa itu, Kairo menjadi satu-satunya
pusat peradaban Islam yang selamat dari serangan Mongol. Oleh karenanya, kairo
menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam terpenting. Kejayaan dinasti
Mamalik memang berlangsung agak lama. Pada tahun 1517 M, dinasti inidikalahkan
oleh kerajaan Usmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya menjadi
ibu kota
provinsi dari kerajaan Usmani tersebut.
C.
ISFAHAN (PERSIA)
D.
ISTAMBUL (TURKI)
Istambul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini
sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang bernama
Konstantinopel.Konstantinopel sendiri sebelumnya sebuah kota bernama Byzantium
terletak di Selat Bosporus, yang oleh Konstantin, Kaisar Romawi dimaksudkan
untuk menjadi ibu kota kerajaannya yang baru, kerajaan Romawi. Akan tetapi,
ketika kerajaan Romawi Barat, Roma, jatuh ketangan bangsa Goth tahun 476, maka
Konstantinopel bertahan seribu tahun kemudian sampai sultan Turki Usmani
berhasil menaklukkannya tahun 1453 dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan
yang baru. Pada masa jayanya, kerajaan Romawi Timur dapat di katakana sebagai
sebuah negara adi daya yang hanya dapat di saingi oleh kerajaan Persia .
Sebenarnya jauh sebelum Turki Usmani
di bawah Sultan Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel, para
pemimpin Islam sudah sejak zaman al-Khilafah al-Rasyidah, kemudian Khilafah
Bani Umayyah dan Khilafah Bani Abbas berusaha kea rah itu. Namun, baru pada
masa kerajaan Turki Usmani usaha itu berhasil.
Setelah Muhammad al-Fatih menjadikan
Istambul sebagai ibu kota
kerajaan TurkiUsmani, ia melakukan penataan hal ihwal orng-orang Kristen Yunani
(Romawi). Dalam penatan tersebut ia tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja,
seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan
ajaran Islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Berkenaan dengan kekuasaan
keagamaan orang Kristen Yunani, ia bahkan menyerahkan pelaksanaannya kepada
penguasa keagamaan mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi penganut agama
Yahudi. Setiap agama mempunyai komunitasnya sendiri yang disebut dengan millet. Sultan memberi kebebasan kepada
penganut agama Kristen, misalnya, untuk memilih dan menentukan patriach.
Bilamana seorang patriach sudah terpilih, ia kemudian melantiknya, dan
memberikan tongkat serta memasukkan cincin kepatriachan kepada patriach terpilih
itu. Itu tidak pernah terjadi pada masa raja-raja Kristen sendiri sebelumnya.
Penduduk Istambul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun
1477, penduduk Istambul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951
rumah tangga (60%), penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga
(21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga (7,5%).
Sebagaimana halnya dengan konstantinopel pada masa kerajaan Romawi Timur,
kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota
Istambul itu, juga menjadi sebuah Negara adi daya pada masa jayany. Wilayah kekuasaannya
meliputi sebagian besar Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Bahkan
negara-negara Islam di daerah yang lebih jauh juga mengakui kekuasaannya.
Sebagai sebuah kerajaan Islam terbesar pada waktu itu, maka raja-rajanya juga
memakai gelar khalifah. Istana khalifah terletak di kota ini.
Sebagai ibu kota , di sinilah tempat berkembangnya
kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa
Turki Usmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia .
Sebagai bangsa yang berasal dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi
dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan, kebudayaan Byzantium
banyak mempengaruhi kerajaan Turki Usmani ini. Namun, jauh sebelum mereka
berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk
Islam bangsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama,
ilmu,prinsip-prinsip kemasyarakatan dan
hukum. Huruf Arab dijadikan huruf resmi kerajaan.
Kekuasaan tertinggi memang berada di
tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr al-‘Azham
(perdana menteri) yang berkedudukan di ibu kota . Jabatan-jabatan penting, termasuk
perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa,
dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk Islam.
Dalam bidang arsitektur,
masjid-masjid yang di bangun di sana
membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum
muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya. Gereja
Aya Sophia, setelah penklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang
terpenting di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya
ditutup, mihrab didirikan dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan
menara-menara dibangun. Masjid-masjidpenting lainnya adalah Masjid Agung
al-Muhammad atau Masjid Agung Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Abu Ayyub
al-Anshari (tempat pelatikan para sultan Usmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia ,
dan masjid Sulaiman al-Qanuni.
Disamping masjid, para sultan juga
mendirikan istana-istana dan villa-villa yang megah, sekolah, asrama, rumah
sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat, dan
sebagainya. Rumah-rumah dan villa mewah juga dimiliki oleh pedagang-pedagang
kaya. Istana dan villa biasanya dilengkapi dengan taman dan tembok
disekelilingnya. Jalan-jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan
daerah lain, terutama dengan ibu kota
dibangun.
E.
DELHI (INDIA)
Delhi adalah ibu kota
kerajaan-kerajaan Islam di India sejak tahun 608 H/1211M (kecuali beberapa kali
dalam waktu yang tidak lama, yaitu ketika ibu kota pindah ke Dawlatabad, Agra,
dan Lahore) sampai kerajaan Mughal runtuh oleh Inggris tahun 1858 M. Sebagai
ibu kota kerajaan-kerajaan Islam, Delhi juga menjadi pusat kebudayaan dan
peradaban Islam di anak Benua India.
Dinasti mamluk mendirikan sebuah
menara yang tingginya 257 kaki, dikenal dengan nama menara “Qutb Manar”, bukan
saja sebagai tempat azan tetapi juga sebagai tugu kemenangan, dan sebuah masjid
dengan nama masjid “Qutb al-Islam”. Mamluk juga memperluas tembok kota Hindu itu dengan apa yang dikenal dengan kota Kil’a Ray Pithora.
Inilah “kota ” pertama dari tujuh “kota ” Delhi
tersebut.
Dinasti Khalji menambah bangunan
masjid dengan atap yang indah dan beberapa menara lagi. Ke sebelah Barat,
dinasti ini memperluas benteng Lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa
Mongol. Dengan demikian ia memindahkan ibu kota ke Siri, sekitar 2 km dari yang pertama.
Inilah kota
yang kedua. Di dalam kota ,
dinasti ini mendirikan sebuah istana megah tersendiri.
Sementara itu, raja pertama dinasti
Tughlug mendirikan Tughlughabad, sekitar 8 km sebelah Timur Kil’a Ray Pithora,
yang kemudian dijadikannya sebagai pusat pemerintahan tahun 720H?1320M. Di
Tengah Tughlughabad didirikan istana, masjid, perumahan, perkantoran, dan
jalan-jalan, yang dikelilingi oleh benteng yang kuat. Dinasti ini juga
membangun jalan-jalan yang ditinggikan, membentuk pita disebelah tenggara,
untuk memelihara air danau. Muhammad ibn Tughlug juga melaksanakan sebuah
proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan
Syahjahanabad.
Setelah Delhi dihancurkan oleh
tentara Timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah dinasti Lodi mengambil kota Agra sebagai ibu kota , sementara
Delhi menjadi kota yang kurang penting. Kota Agra itu pula
untuk pertama kalinya menjadi kota kerajaan
Mughal, ketika Babur mengalahkan dinati Lodi .
Delhi baru menjadi ibu kota kerajaan Mughal pada masa Humayun
(1530-1556 M), seorang raja yang cinta ilmu. Raja Mughal lainnya, Syah Jehan
(1628-1658 M) mendirikan kota
Syahjahanabad. Inilah “kota ” terakhir dari tujuh
“kota ” itu.
Setiap dinasti Islam yang berkuasa di
India senantiasa menjadikan Delhi sebagai ibu
kotanya, seakan mereka berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah istana,
benteng, masjid, madrasah, dan makam. Di Delhi dan sekitarnya banyak berdiri
makam-makam para penguasa Islam, tetapi juga makam-makam para wali.Delhi Islam
yang dapat disaksikan sekarang adalah Delhi
yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.
F.
ANDALUS
(SPANYOL)
Di Spanyol banyak kota-kota Islam
yang masyhur dan menjadi pusat peradaban Islam, seperti Sevill, Kordova, Granada , Murcia ,
dan Toledo .
Yang terpenting diantaranya adalah Kordova dan Granada .
1.
Kordova
Sebagai ibu kota pemerintah, Kordova di masa Bani Umayyah
mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan bru yang didirikan, seperti
istana dan masjid-masjid. Kota
ini diperluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan
dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16
lengkungan dalam gaya
Romawi, menghubungkan Kordova dengan daerah pinggiran di seberang sungai. Di
sebelah barat jembatan itu berdiri istana al-Cazar. Perkembangan kota ini mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Nashir di pertengahan abad
ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam, Kordova terkenal juga sebagai pusat
kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutera dan kulit yang
mempunyai bentuk khusus. Pada tahun 1236 M Kordova direbut oleh tentara Kristen
di bawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla. Setelah itu, supremasi Islam di
Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah
di Spanyol, Kordova menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Kordova. Di
samping itu, di kota
ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku
kira-kira 400.000 judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44
jilid besar buku. Kemajuan ilmu pengetahuan di sana tidak terlepas dari jasa dua orang
khalifah pencinta ilmu, Abd al-Rahman al-Nashir dan anaknya al-Hakam. Yang di
sebut terakhir ini memerintahkan pegawainya untuk mencari dan membeli buku-buku
lmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam
pengumpulan buku itu. Ia menulis surat
kepada penulis-penulis terkenal untuk mendapatkan karyanya dengan yang tinggi.
Pada masanyalah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan
sastra di Spanyol Islam.
Mengutip penyair Inggris, Syed Amir
Ali melukiskan Kordova sebagai berikut: “Istana-istana dan taman-taman Kordova
adalah indah, tetapi tidak kurang kekaguman orang terhadapnya mengenai
soal-soal yang lebih tinggi. Mahaguru dan guru-gurunya menjadikannya pusat
kebudayaan Eropa, siswa-siswa bisanya berdatangan dari seluruh pelosok Eropa
untuk belajar pada dokterdoketrnya yang masyhur”. Astronomi, geografi, ilmu
kimia, sejarah alam, semuanya dipelejeri dengan bersemangat di Kordova. Di
bidang kesusasteraan, tidak ada zaman di Eropa, yang menempatkan puisi Arab
demikian menjadi buah bibir selsin pada
zaman ini. Masjid-masjid Kordova yang dikunjungi beribu-ribu siswa menjadi pusat-pusat
aktif studi filsafat dan ilmu. Mengutip pendapat Renan, Amir Ali menyebutkan,
zaman emasnya kesusasteraan dan ilmu di Spanyol terjadi ketika daerah ini di
bawah pemerintahan Hakam al-Mustansir Billah yang meninggal tahun 976 M.
Pada masa jayanya, di Kordova
terdapat 491 masjid dan 900 pemandian umum. Karena air di kota ini tak dapat di minum, penguasa muslim
mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.
2.
Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai
Genil di kaki gunung Sierra Nevada , berdekatan
dengan pantai laut Medeterania (Laut Tengah). Granada semula adalah tempat
tinggal orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi, dan baru terkenal
setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60
tahun, Granada diperintah oleh dinasti setempat, yaitu dinasti Zirids. Setelah
itu, Granada jatuh ke bawah pemerintahan al-Murabithun, sebuah dinasti Barbar
dari Afrika Utara pada tahun 1090 M Al-Murrabithun berkuasa di sana sampai
tahun 1149 M. pada masa pemerintahannya, banyak istana dibangun di sana.
Pada abad ke-12, Granada
menjadi kota
terbesar kelima di Spanyol. Kota
ini dikelilingi oleh tembok. Struktur penduduknya terdiri dari campuran
berbagai bangsa, terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama
besar Islam, Kristen, dan Yahudi. Penganut agama tinggal di dalam sektornya
masing-masing di kota
itu. Sejak abad ke-13, Granada
diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah
dibangun sebuah istana indah dan megah yang terkenal dengan nama istana
al-Hambra, berarti merah. Batu-batu dan ornamen yang terdapat di dalamnya
memang hampir seluruhnya berwarna merah. Istana ini dibangun oleh
arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun
1358 M. Istana ini terletak di sebelah timur al-Kazaba, sebuah benteng tentara
Islam. Granada
terkenal dengan tembok dan 20 menara yang mengitarinya. Pada masa pemerintahan
Muhammad V (1354-1391 M), Granada
mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur maupun dalam bidang politik.
Akan tetapi menjelang akhir abad ke-15 pemerintahan menjadi lemah terutama
karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa Kristen,
raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orang Islam diusir
dari kota ini
oleh penguasa Kristen.
G.
SAMARKAND DAN BUKHARA (TRANSOXANIA)
DI Transoxiana terdapat dua kota penting tempat peradaban Islam pernah berkembang
dengan pesat, yaitu Samarkand dan Bukhara . Samarkand terletak di sebelah selatan sungai
al-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua disebutkan
dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain
(Alexander the Great) di Timur. Menurut berita itu, kota ini beberapa kali diduduki oleh Iskandar
ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Tetapi, menurut
riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand
itu. Setelah tahun 323 M, kota
ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah itu
di sana berdiri
kerajaan Graeco-Bactrion (Bactria Yunani) pada masa Anthiochus II Theos. Sejak
itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand
dengan Persia
dan Cina terputus, meskipun hubungan dalam bidang budaya, masih tetap
berlanjut. Riwayat kota Bukhara
sebelum Islam juga panjang Kota ini diperkirakan sudah ada ketika Iskandar dating ke sana . Dilihat dari
bangunan-bangunan kuno, pengaruh Persia
sudah lama tertanam di sana .
Pengaruh Cina juga besar. Sebelum Islam datang di sana terdapat tempat ibadah agama Budha.
Setelah kebangkitannya yang gemilang,
umat Islam berusaha mengadakan ekspansi ke negeri ini. Akan tetapi, usaha-usaha
itu selalu gagal, kecualisetelah Qutaibah ibn Muslim ditunjuk sebagai gubernur
Khurasan. Ketika itu Samarkand
diperintah oleh Tharkhun (Cina:To-hoen;Turki:Tarquon). Pada tahun 91 H (709 M)
ia mengadakan perjanjian damai dengan Qutaibah dan berjanji untuk membayar
jizyah (pajak) kepada pemerintah Islam di Damaskus, di bawah dinasti Bani
Umayyah. Namun, penduduk negeri itu marah kepada Tarkhun dan menurunkannya dari
kekuasaannya. Posisinya diganti oleh Ikhsyiz Ghurik (Cina: U-le-kia). Qutaibah
berhasil memaksa Ikhsyiz untuk menerima perjanjian itu pada tahun 93 H (712 M)
setelah ia dan pasukannya mengepung kota
tersebut dalam waktu yang cukup panjang. Qutaibah memperkenalkan Ikhsyiz tetap
pada posisinya, tetapi menempatkan seorang wakilnya sebagai penguasa Arab
dengan satu pasukan yang kuat. Sejak itu, Samarkand
dan Bukhara
menjadi batu loncatan untuk melancarkan ekspansi lebih luas di negeri
Transoxiana. Ekspansi Islam itu dilalui dengan berat dan melalui banyak sekali
pertempuran.
Pada tahun 204 H (819 M) al-Ma’mun,
khalifah dari dinasti Bani Abbas yang berpusat di Baghdad, menyerahkan urusan
pemerintahan negeri Transoxiana, khususnya Samarkand dan Bukhara kepada
keluarga Asad ibn Saman. Sejak itu, dua kota ini
berada di bawah kekuasaan dinasti Samaniah, samarkand
menjadi daerah yang sangat makmur dan masyarakatnya hidup sejahtera, yang hanya
dapat dibandingkan dengan masa pemerintahan Timur Lenk dan keturunannya di sana , lima
ratus tahun kemudian. Sekalipun ibu kota pindah
ke Bukhara , tetapi Samarkand
tetap merupakan kota
terpenting karena ia menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!