IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESISWAAN
A.
PENDAHULUAN
Pengelolaan
siswa, Penyusunan tentang pengelolaan
kesiswaan ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peran yang dimainkan oleh
warga madrasah dalam melakukan pembinaan kesiswaan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan.
Siswa
merupakan masukan mentah (raw input) dalam manjemen persekolahan.
Ketercapaian tujuan pendidikan dimanifestasikan dalam perubahan pribadi siswa
dengan segala aspeknya. Oleh karena itu, sebenarnya semua sumber dana dan daya
pada akhirnya bermuara pada kepentingan siswa itu.[1]
Pada dasarnya siswa merupakan pusat utama dalam
konsepsi persekolahan, dan kesiswaan itu sendiri juga menepati posisi strategis
dalam administrasi pendidikan pada tingkat persekolahan. Apapun yang dilakukan
sekolah, program apapun yang dirancang sekolah, ujung-ujungnya adalah untuk
kepentingan siswa itu sendiri. Dan prestasi siswa akan menjadi ukuran
keberhasilan program pendidikan di suatu sekolah.
Namun walaupun kedudukan siswa begitu penting dan
strategisnya, buku-buku literature atau kajian-kajian tentang kesiswaan dalam
konsep manajemen pendidikan itu sendiri tidak terlalu banyak dan sepertinya
kurang mendapat perhatian lebih. Holmes & Wynne mengungkapkan :
Books and university courses on educational
administration do not give much direct attention to students, whose education
is the justification for the administrator’s existence. The explanation is
that, supposedly, everything educational administrators do is for and about
pupils, directly indirectly. Therefore, by the account, addressing them
separately isolates only afew factors of importance to them. The problem with
mainstream approaches is that discussion of organizational theory and
principal/teacher relation provides little evidence or argument to the effect
that a particular approach will benefit students. Students are central in our
conception of the school.[2]
Mengingat
bahwa siswa merupakan salah satu elemen penting dalam pendidikan dan merupakan
sasaran utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya akn
berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu
bangsa melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan
derajat sosial masyarakat bangsa, maka siswa perlu dikelola, dimenej, diatur,
ditata, dikembangkan dan diberdayakan agar dapat menjadi produk pendidikan yang
bermutu, baik ketika siswa itu masih berada dalam lingkungan sekolah, maupun
setelah berada dalam lingkungan masyarakat. Untuk itulah diperlukan adanya
manajemen kesiswaan.
B.
TEORI
DAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KESISWAAN
Sebagai salah
satu bidang harapan manajemen pendidikan pada tingkat persekolahan, ruang
lingkup aktifitas Manajemen kesiswaan juga mengacu kepada fungsi-fungsi
manajemen secara umum. Dalam hal ini, fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud
mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh
Engkoswara, yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.[1]
Sementara itu, Sutjipto & Mukti mengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka manajemen pembinaan kesiswaan, yaitu : 1) penerimaan
siswa, 2) pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4) pemberhentian siswa
dari sekolah.[2]
Dari
kedua pendapat di atas, maka kita bisa mengambil sebuah alur aktifitas
manajemen kesiswaan, yaitu:
a.
Langkah pertama adalah perencanaan yang
dilakukan untuk memperoleh atau menyusun program/rencana kerja.
b.
Langkah kedua adalah pelaksanaan berupa
implementasi dari program/rencana kerja yang telah ditetapkan dalam tahap
perencanaan. Pelaksanaannya itu sendiri terdiri atas aktifitas-aktifitas ;
penerimaan siswa (rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan dan
pengelompokkan), pembinaan siswa (akademik dan non-akademik), evaluasi hasil (output)
dan dampak (outcome).
c.
Langkah ketiga adalah pengawasan yang dilakukan
secara menyeluruh terhadap keseluruhan proses dan hasil pembinaan kesiswaan.
Langkah-langkah
tersebut masing-masing akan dibahas secara lebih rinci berikut ini :
a.
Perencanaan
Langkah
awal dalam sebuah proses manajemen adalah melakukan proses perencanaan. Nanang
Fatah mengartikan perencanan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa
yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan
siapa yang mengerjakannya.[3]Perencanaan sering juga disebut jembatan
yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan
yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang.
Selanjutnya
Nanang Fatah juga menyebutkan bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat
tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu
adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan program untuk
mencapai tujuan itu; (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya
selalu terbatas.
Masih
berkaitan dengan pengertian perencanaan, Bateman & Snell mendefinsikan
perencanaan sebagai berikut :
“Planning is
the conscious, sistematic process of making decisions about goals and
activities that an individual, group, work unit, or organization will pursue in
the future.”[4]
Berdasarkan
definisi tersebut, perencanaan diartikan sebagai usaha sadar berupa proses yang
sistematik dalam membuat keputusan tentang aktifitas-aktifitas dan
tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh individu, kelompok, unit kerja, atau
organisasi pada masa yang akan datang.
Berkaitan
dengan perencanaan, Bateman & Snell menyebutkan bahwa karena perencanaan
adalah sebuah proses pengambilan keputusan, maka perencanaan harus dilakukan
melalui proses tertentu.[5] Proses perencanaan oleh Bateman
& Snell dibagi dalam enam tahapan, yaitu :
Langkah
pertama adalah analisis keadaan (situational analysis). Pada tahap ini,
seorang perencana mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua
informasi yang relevan dengan isu-isu perencanaan yang dipertanyakan.
Langkah
kedua adalah menetapkan alternatif tujuan dan rencana (alternative goals and
plans). Pada langkah ini, berdasarkan analisis keadaan yang telah
dirumuskan, proses perencanaan harus membuat alternatif-alternatif
umum dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan rencana-rencana kerja yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Langkah
ketiga adalah mengevaluasi tujuan dan rencana (goal an plan evaluation).
Pada langkah ini, pengambil keputusan harus mengevaluasi keuntungan, kerugian,
dan dampak-dampak yang mungkin timbul dari setuap alternatif tujuan dan rencana
yang ada.
Langkah
keempat adalah memilih tujuan dan rencana (goal and plan selection).
Pada langkah ini, seorang perencana berada dalam posisi untuk memilih
alternatif tujuan dan rencana yang paling memungkinkan bisa mencapai harapan
yang diinginkan.
Langkah
kelima adalah mengimplementasikannya (implementation). Pada langkah ini,
rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah dipilih harus
dilaksanakan.
Langkah
keenam adalah memonitor dan mengontrol pelaksanaan ( monitor and
control). Sebagai langkah terakhir, semua aktifitas implementasi dari
rencana dan tujuan yang telah ditetapkan harus dimonitor dan dikontrol secara
ketat supaya tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang bisa berakibat
tidak tercapainya harapan yang dituju.[6]
Indikatator
Efektifitas Manajemen kesiswaan pada Jenjang SMA/MA/Sederajat.
Secara
legalitas formal, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi siswa dan
indikator pencapaian keberhasilannya bagi siswa pada tingkat SMA/MA/Sederajat
sebagai standar yang harus dijadikan rujukan sekolah/lembaga/dinas terkait
dalam penyelenggraan pendidikan pada jenjang SMA/MA/Sederajat. Berdasarkan
Standar Kompetensi Siswa yang ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 053/U/2001 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah, siswa SMA/MA/Sederajat diharapkan memiliki:
1.
Akhlak dan budi pekerti yang luhur
2.
Pengetahuan dan keterampilan dasar yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku
3.
Kesehatan dan kebugaran, apresiasi seni, dan
dasar-dasar olah raga yang sesuai bakat dan minatnya
4.
Kemampuan melanjutkan pendidikan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi
Standar
kompetensi tersebut kemudian diukur berdasarkan indikator keberhasilan
(lembaga/sekolah) sebagai berikut :
1.
Angka Pendaftaran Siswa mengalami peningkatan
2.
Angka Putus Sekolah (APS) mengalami penurunan
3.
Angka Mengulang (AMK) mengalami penurunan
4.
Kelangsungan belajar siswa mengalami peningkatan
5.
Prosentase kelulusan mencapai 100%
Mengacu
kepada berbagai pandangan tentang efektivitas manajemen pembinaan kesiswaan,
maka peneliti menetapkan indicator-indikator yang merupakan hasil kolaborasi
dari berbagai pandangan tersebut untuk dijadikan ukuran efektivitas Manajemen
kesiswaan pada jenjang SMA/MA/SEDERAJAT. Indikator-indikator tersebut terbagi ke
dalam indikator efektivitas perencanaan, indikator efektivitas pelaksanaan,
danindikator efektivitas pengawasan.
1. Indikator Efektivitas Perencanaan :
Mengacu
kepada berbagai pandangan tentang efektivitas manajemen pembinaan kesiswaan
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka perencanaan pembinaan kesiswaan
yang efektif ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a) keterlibatan
para personil yang berkompeten dalam penyusunan rencana
b) Proses
penyusunan rencana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
c) Penyusunan
rencana kerja tidak menggunakan biaya terlalu banyak (sesuai anggaran)
d) Pemanfaatan
sarana dan prasarana yang ada dapat memenuhi kebutuhan proses penyusunan
rencana.
e) Penyusunan
perencanaan memenuhi unsur-unsur dan langkah-langkah proses penyusunan
perencanaan
f)
Proses penyusunan perencanaan menghasilkan visi,
misi, dan tujuan pembinaan kesiswaan yang jelas
g) Proses
penyusunan perencanaan menghasilkan program/rencana kegiatan siswa yang jelas,
terarah dan terstruktur
h) Proses
penyusunan perencanaan menghasilkan struktur organisasi dan mekanisme pembagian
tugas yang jelas dalam pembinaan kesiswaan
i)
Proses penyusunan perencanaan menghasilkan
program/rencana kegiatan siswa yang mencakup seluruh domain siswa
j)
Proses penyusunan perencanaan menghasilkan standard
dan target prestasi siswa yang diharapkan
2. Indikator Efektivitas Pelaksanaan :
Mengacu
berbagai pandangan tentang efektivitas Manajemen kesiswaan sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya, maka pelaksanaan pembinaan kesiswaan yang efektif
ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a)
Realisasi kegiatan sesuai dengan program kerja
b)
Realisasi kegiatan memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku
c)
Realisasi kegiatan bersifat terbuka dan dapat
diketahui oleh masyarakat
d)
Realisasi kegiatan dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat
e)
Realisasi kegiatan bersifat tidak diskriminatif
f)
Penggunaan sumber daya dan biaya dapat mencapai
tujuan
g)
Adanya keterlibatan guru dan orang tua siswa
terhadap kemajuan prestasi siswa
h)
Adanya pendelegasian dan pembagian tugas serta
tanggung jawab yang jelas dan tegas dari kepala sekolah kepada pembantunya
i)
Adanya konsistensi dan kesepahaman antara para
guru/ pembina/pelatih kegiatan siswa dalam merealisasikan program-program
kegiatan sekolah
j)
Adanya suasana belajar yang kondusif bagi para
siswa untuk aktif terlibat
k)
Adanya komunikasi yang aktif antara
guru/Pembina/ pelatih kegiatan siswa dengan siswa
l)
Adanya peraturan sekolah yang jelas, konsekuensi
yang jelas, dan penerapan secara seragam
m) Realisasi
kegiatan menghasilkan peningkatan prestasi siswa
n)
Adanya penghargaan terhadap prestasi siswa
o)
Adanya dokumen tentang kemajuan siswa dalam
seluruh domainnya
p)
Hasil dari realisasi kegiatan dapat diketahui
oleh seluruh pihak yang berkompeten
q)
Hasil kegiatan berdampak pada peningkatan Angka
Pendaftaran Siswa
r)
Hasil kegiatan berdampak pada menurunnya Angka
Putus Sekolah (APS)
s)
Hasil kegiatan berdampak pada menurunnya Angka
Mengulang (AMK)
t)
Hasil kegiatan berdampak pada meningkatnya
kelangsungan belajar siswa
3. Indikator Efektivitas Pengawasan
Mengacu
kepada berbagai kegiatan tentang efektivitas Manajemen kesiswaan sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, maka pengawasan pembinaan kesiswaan yang efektif
ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a)
Adanya standar pengukuran prestasi
b)
Relevansi pelaksanaan pengawasan program kerja
c)
Penggunaan sumber daya dan biaya dapat mencapai
tujuan
d)
Pengawasan mengacu kepada tindakan perbaikan
e)
Pengawasan diarahkan pada penemuan fakta-fakta
tentang bagaiman tugas-tugas dijalankan
f)
Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel
preventif
g)
Sistem pengawasan dapat dipakai oleh orang-orang
yang terlibat dalam pengawasan
h)
Pelaksanaan pengawasan mempermudah tercapainya
tujua-tujuan
i)
Tercapai target
j)
Ditindaklanjuti
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Mengingat bahwa siswa merupakan salah
satu elemen penting dalam pendidikan dan merupakan sasaran utama dalam
peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya akn berkontribusi terhadap upaya
peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia serta peningkatan derajat sosial masyarakat
bangsa, maka siswa perlu dikelola, dimenej, diatur, ditata, dikembangkan dan
diberdayakan agar dapat menjadi produk pendidikan yang bermutu, baik ketika
siswa itu masih berada dalam lingkungan sekolah, maupun setelah berada dalam
lingkungan masyarakat. Untuk itulah diperlukan adanya manajemen kesiswaan.
-
Teori
Dan Pelaksanaan Manajemen Kesiswaan
Sebagai
salah satu bidang harapan manajemen pendidikan pada tingkat persekolahan, ruang
lingkup aktifitas Manajemen kesiswaan juga mengacu kepada fungsi-fungsi
manajemen secara umum. Dalam penelitian ini, fungsi-fungsi manajemen yang
dimaksud mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan
oleh Engkoswara, yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.[1]
Sementara
itu, Sutjipto & Mukti mengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka manajemen pembinaan kesiswaan, yaitu : 1) penerimaan
siswa, 2) pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4) pemberhentian siswa
dari sekolah.[2]
Berdasarkan
Standar Kompetensi Siswa yang ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 053/U/2001 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah, siswa SMA/MA/Sederajat diharapkan memiliki:
1.
Akhlak dan budi pekerti yang luhur
2.
Pengetahuan dan keterampilan dasar yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku
3.
Kesehatan dan kebugaran, apresiasi seni, dan
dasar-dasar olah raga yang sesuai bakat dan minatnya
4.
Kemampuan melanjutkan pendidikan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi
2.
Saran
Sebagai
pengelola manajemen pendidikan, dalam hal ini manajemen Kesiswaan maka harusnya
kita terapkan manajemen yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa yang
kelak akan sangat berguna bagi nusa, bangsa dan agama islam yang sesuai dengan
visi dan misi madrasah juga.
[1] Engkoswara. Dasar-dasar Administrasi
Pendidikan. (Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud, 1987) h. 26
[1] Basori
Sutjipto & Mukti, Administrasi Pendidikan. (Jakarta :
Depdikbud. 1992) h. 47
[2] Holmes
& Wynne, Making the School an Effective Community, h. 145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar.. okey!!!